Sabtu 30 May 2020 19:32 WIB

Yuri: Masih Ada OTG Terinfeksi Corona yang Berkeliaran

Jubir pemerintah mengatakan masih ada OTG Terinfeksi Coroan yang berkeliaran

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Bayu Hermawan
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyampaikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3/2020). Berdasarkan data hingga Jumat (27/3/2020) pukul 12.00, jumlah kasus positif COVID-19 mencapai 1.046 orang di 27 provinsi se-Indonesia dengan jumlah pasien sembuh mencapai 46 orang dan meninggal dunia mencapai 87 orang.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyampaikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3/2020). Berdasarkan data hingga Jumat (27/3/2020) pukul 12.00, jumlah kasus positif COVID-19 mencapai 1.046 orang di 27 provinsi se-Indonesia dengan jumlah pasien sembuh mencapai 46 orang dan meninggal dunia mencapai 87 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan orang tanpa gejala (OTG) yang terinfeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid) masih ada yang berkeliaran di antara masyarakat. Menurutnya, hal ini membuat kasus positif Covid-19 terus bertambah.

"Orang yang membawa virus ini tanpa keluhan apapun atau mengalami gejala yang minimal sekali, sehingga mereka tidak merasakan sakit," ujarnya saat konferensi pers melalui akun Youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (30/5).

Baca Juga

Padahal, Yuri melanjutkan ada kelompok yang sangat rentan tertular virus Corona. Untuk itu, ia mengajak masyarakat terus disiplin melaksanakan imbauan pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19.

Yuri mengajak masyarakat tetap mematuhi menjaga jarak, karena tidak ada yang tahu saat berada di luar rumah siapa orang yang membawa virus Corona. Yuri meminta masyarakat gunakan masker wajah saat keluar rumah.

"Hanya dengan cara ini melindungi kita dari penularan virus," ucapnya.

Yang juga tak kalah penting, ia meminta masyarakat biasakan cuci tangan dengan menggunakan sabun sesering mungkin selama 20 detik, apalagi setelah menyentuh barang atau benda-benda di fasilitas umum. Selain itu, ia meminta masyarakat mempertimbangkan saat akan keluar rumah.

"Sebaiknya untuk hal-hal yang tidak perlu, tidak penting bisa ditahan dulu (tidak keluar rumah). Tetapi kalau terpaksa keluar rumah maka perpendek waktu keluar rumah, kemudian ganti masker yang dipakai di luar dengan masker yang baru, ganti baju, mandi, bersihkan diri baru bisa menyentuh keluarga," jelasnya.

Yuri menegaskan, hal tersebut adalah cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk bersama-sama mengatasi permasalahan Covid-19. Artinya penularan Covid-19 bisa diputus kalau semua pihak bersatu dan melaksanakannya bersama-sama. Oleh karena itu dibutuhkan perubahan perilaku masyarakat. Kini masyarakat tidak bisa lagi menganggap bahwa mencuci tangan menjadi satu hal yang tidak penting, menggunakan masker tidak penting, menjaga jarak tidak penting. 

"Kita harus berubah karena kita tahu bahwa Covid-19 belum ditemukan obatnya, vaksinnya," katanya.

Dia menegaskan, disiplin melakukan upaya-upaya itu menjadi sesuatu yang mutlak harus dilaksanakan semua pihak. Kini masyarakat tidak bisa berpikir berpikir egois dan disiplin melakukan upaya ini untuk saling melindungi, menjaga ketertiban bersama dalam menanggulangi Covid-19. 

"Kita tahu ini merupakan penyakit menular berbasis komunitas, karena itu kepatuhan komunitas menjadi satu hal yang mutlak. Kita menyadari betul bahwa di sini banyak saudara-saudara kita yang kemudian terpaksa terganggu kinerja ekonominya sehari-hari," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement