VIVA – Agensi Big Hit Entertainment mengeluarkan pernyataan resmi terkait kontroversi lagu Suga BTS berjudul What Do You Think di mixtape D-2.
Sebagai informasi, kontroversi melanda lantaran sampel yang disisipkan di lagu tersebut. Suga menggunakan sampel pidato Jim Jones tahun 1977 silam.
Jim Jones sendiri adalah pria Amerika Serikat pemimpin aliran sesat, yang bertanggung jawab atas pembunuhan-bunuh diri massal di komunitas terpencil yang dikenal dengan Jonestown.
Menurut Big Hit, sampel vokal dari pidato yang ada di awal lagu What Do you Think dalam mixtape itu dipilih oleh produser yang mengerjakan lagu tersebut, tanpa tujuan tertentu.
"Produser tidak sadar akan identitas si pembicara dan perkataannya digunakan hanya untuk kepentingan nuansa lagu," ucap perwakilan Big Hit Entertainment, dikutip dari laman Soompi, Senin, 1 Juni 2020.
Setelah sampel pidato dipilih, pihak agensi pun mengikuti proses internal dan melakukan prosedur me-review kelayakan konten.
"Namun, baik dalam proses pemilihan dan review, kami melakukan kesalahan karena tidak menyadari bahwa konten tidak layak dan kami menyisipkan sampelnya di lagu," lanjut mereka.
Mereka juga menjelaskan kalau pihaknya memiliki proses untuk meninjau konten beragam yang ditargetkan bagi pendengar global, untuk potensi masalah sosial, budaya dan sejarah.
Dalam prosesnya, Big Hit menyadari kalau pihaknya memiliki batasan dalam memahami dan merespons sebuah situasi dengan tepat.
"Dalam hal ini, kami tidak dapat mengenali masalah sebelumnya dan menunjukkan kurangnya pemahaman tentang masalah sejarah dan sosial yang relevan. Kami mohon maaf kepada mereka yang merasa tidak nyaman atau terluka karenanya," kata mereka.
Big Hit Entertainment kini telah meng-edit lagu tersebut dan membuang sampel kontroversial itu, serta merilis lagu tersebut dalam versi baru.
"Penyanyi kami juga merasa malu dan sangat bertanggung jawab atas masalah yang telah timbul di area yang ia tidak kuasai," ujar Big Hit.
"Big Hit Entertainment akan menjadikan insiden ini sebagai pembelajaran ke depannya, agar proses produksi dilakukan dengan lebih hati-hati," tutup mereka.