REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Penyelidik kecelakaan udara sedang berada dalam perjalanan dari Pakistan ke Prancis pada Senin (1/6) dengan membawa dua kotak hitam dari pesawat Pakistan International Airlines, yang jatuh di permukiman penduduk dekat Karachi bulan lalu.
Sebuah pesawat uji Airbus, yang ditugaskan khusus untuk mengangkut kotak-kotak perekam penerbangan itu karena krisis virus corona, dijadwalkan tiba pada Senin sore di Le Bourget dekat Paris. Di sana, badan kecelakaan udara BEA Prancis siap untuk memeriksa kotak tersebut.
Badan Prancis itu terlibat dalam penyelidikan yang dipimpin Pakistan karena A320 yang jatuh dirancang oleh Airbus yang berbasis di Prancis. BEA juga akan melaksanakan tugas penting memecahkan kode perekam yang memiliki peralatan canggih.
A320 yang dioperasikan oleh Pakistan International Airlines jatuh di landasan pacu pada 22 Mei, menewaskan 97 orang di dalam pesawat setelah pilot melaporkan kehilangan kedua mesin. Dua penumpang selamat dan tidak ada laporan korban di darat. Lokasi kecelakaan pesawat tetap ditutup pada Senin.
Para ahli BEA diharapkan bisa membuka dan mengunduh informasi dari kotak yang berisi rekaman suara kokpit dan data pesawat lainnya pada Selasa (2/6), tergantung pada keping rekaman yang masih utuh di dalam cangkang yang tahan terhadap kecelakaan. Laporan awal menyebutkan bahwa pesawat penumpang itu jatuh dengan mesin menghantam sepanjang landasan pacu, dalam upaya pendaratan pertama yang tidak stabil.
Penyelidik akan menganalisis data kokpit untuk mencoba memahami apakah terdapat kerusakan pada mesin dalam upaya pendaratan pertama, yang menyebabkan mereka terputus sebelum upaya kedua hingga membuat pesawat tidak dapat mencapai perimeter bandara. Para ahli memperingatkan masih terlalu dini untuk mengatakan apa yang menyebabkan kecelakaan itu.
Di Karachi, ketika para pejabat terus berusaha mengidentifikasi tubuh para korban menggunakan sampel DNA, keluarga bersuara di media sosial untuk mengungkapkan kesedihan mereka karena tidak dapat melakukan penghormatan terakhir bagi orang yang mereka cintai. Pada Ahad (31/5), pihak maskapai itu mengatakan bahwa masalah dalam identifikasi korban disebabkan oleh keterlambatan dalam identifikasi DNA yang berada di luar kendali mereka.