REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China mendukung resolusi yang diusung dalam Majelis Kesehatan Dunia ke-73. Resolusi itu menyerukan negara-negara anggota untuk menghindari diskriminasi dan stigmatisasi, termasuk memberantas informasi palsu atau hoax terkait pandemi Covid-19.
China berharap resolusi ini dapat ditindaklanjuti secara komprehensif dan akurat. "Tiongkok bersama dengan lebih dari 140 negara lainnya bergabung dalam konsensus menjadi co-sponsor dari rancangan resolusi tersebut," ujar Konselor Politik Kedutaan Besar China untuk Indonesia, Qiu Xinli dalam konferensi pers, Selasa (2/6).
Terkait pelacakan asal usul virus corona jenis baru atau Covid-19, Qiu mengatakan ada beberapa negara yang memprioritaskan pelacakan tersebut. Namun, mayoritas negara meyakini bahwa tugas yang paling mendesak saat ini adalah melakukan pencegahan dan pengendalian virus.
Mereka tidak setuju pelacakan asal usul virus menjadi agenda utama dalam Majelis Kesehatan Dunia. "Ini menunjukkan bahwa politisasi asal usul virus tidak mendapatkan dukungan," kata Qiu.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) menuding virus corona berasal dari sebuah laboratorium virologi di Wuhan. Namun para peneliti membantah tudingan tersebut dan mengatakan virus corona berasal dari kelelawar.
Terkait dengan evaluasi WHO terhadap pandemi, China mendorong evaluasi harus berjalan secara bertahap, tidak berpihak, independen, dan komprehensif. Qiu menegaskan evaluasi tidak boleh dimonopoli oleh segelintir negara.
Qiu mengatakan China akan terus meningkatkan kerja sama dengan komunitas internasional untuk mendukung peran WHO dalam memerangi pandemi virus corona. "Komunitas internasional semestinya memperkuat kepercayaan dan menanggapi pandemi dengan solidaritas serta kerja sama untuk mengatasi pandemi," ujar Qiu.