Jumat 05 Jun 2020 16:16 WIB

Holyfield Beberkan Strategi Jatuhkan Tyson

Buat Holyfield, pertarungan lawan Tyson memiliki kesan yang mendalam.

Rep: reja irfa widodo/ Red: Muhammad Akbar
Evander Holyfield
Foto: reuters
Evander Holyfield

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Tidak hanya sekali Evander Holyfield menjatuhkan Mike Tyson dalam pertarungan perebutan gelar juara tinju kelas berat. Mantan petinju berjuluk The Real Deal itu tercatat sudah dua kali berturut-turut mengalahkan Mike Tyson.

Pertama, saat perebutan gelar juara dunia tinju kelas berat versi WBA pada November 1996. Pada saat itu, Holyfield menjatuhkan petinju berjuluk The Iron itu pada ronde ke-11. Setahun berselang, kedua petinju kembali bertemu di atas ring. Namun, dalam pertemuan kedua tersebut, Tyson didiskualifikasi pada ronde ketiga lantaran kedapatan menggigit telinga Holyfield.

Kini, pria berusia 57 tahun itu pun membeberkan strateginya menjatuhkan Tyson, terutama pada pertemuan pertama. Buat Holyfield, pertarungan itu memiliki kesan yang mendalam. Lewat kemenangan di duel itu, Holyfield berhasil menjuarai gelar juara tinju kelas berat versi WBA untuk ketiga kalinya.

Terlebih, sebelum pertarungan itu digelar, Holyfield tidak diunggulkan untuk bisa mengalahkan Tyson. Pasalnya, kala itu, Tyson berstatus sebagai juara bertahan kelas berat versi WBA dan WBC. Namun, dengan berbagai strategi apik, Holyfield mampu membalikan prediksi tersebut dan mengandaskan perlawanan Tyson.

Tidak hanya memanfaatkan keunggulan jangkauan dan kecepatan pukulan, Holyfield juga mengandalkan kekuatan mental di laga tersebut.

''Semua orang mengira, saya akan berlari dan cenderung menghindari Mike (Tyson) di laga itu. Namun, saya terus menyerangnya. Saya ingin tunjukan, saya tidak kemana-mana dan sikap itu adalah hal penting,'' kata Holyfield kepada BBC Radio 5 Live, Jumat (5/6).

Dari segi teknis, Holyfield mengungkapkan mengantongi sedikit keuntungan lantaran memiliki jangkauan dan kecepatan pukulan lebih baik dari Tyson. Keuntungan itu mampu dimaksimalkan oleh Holyfield dengan keberhasilannya mendaratkan pukulan ke tubuh dan kepala Tyson. Di sisi lain, terlalu banyak mendapatkan pukulan membuat Tyson mulai kewalahan.

''Pada saat itu, Mike merupakan petinju yang jarang mendapatkan pukulan dalam satu pertandingan. Petinju lain cenderung berhati-hati saat berhadapan dengannya, tapi saya tidak. Saya sadar, dia akan memukul saya, tapi saya juga memiliki kesempatan untuk membalasnya,'' kata petinju yang sempat menjuarai empat gelar juara dunia tinju kelas berat tersebut.

Selain itu, salah satu strategi terpenting Holyfield di laga itu adalah soal taktik pukulan terakhir sebelum bel pergantian ronde berbunyi. Dengan taktik ini, Holyfield ingin menunjukan dia masih bisa menyulitkan Tyson dan memberikan dampak terhadap mentalitas bertanding lawannya tersebut.

''Saya harus mendaratkan pukulan terakhir sebelum kembali ke sudut. Saya ingin dia mengingat betapa keras pukulan saya sebelum melakoni ronde selanjutnya. Saya tidak mau hal itu terjadi pada saya. Selain itu, saya juga terus memukul tubuhnya. Itu tidak disukainya dan terbukti sedikit membuat lamban,'' kata Holyfield.

Kedua petinju ini pun dikabarkan bakal kembali bertemu di atas ring dalam laga amal. Kabarnya, Tyson, yang kini berusia 53 tahun, dan Holyfield telah berlatih untuk bisa kembali naik ring. Namun, hingga kini belum ada kepastian soal rematch antara dua petinju legendaris tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement