Jumat 05 Jun 2020 19:47 WIB

ACT: Berkurban di Masa Pandemi Wujud Ketakwaan

Berkurban adalah cara menjadi bentuk nyata rasa syukur atas nikmat Allah SWT

ACT mendorong masyarakat tetap berkurban di masa pandemi Covid-19 ini.
Foto: ACT
ACT mendorong masyarakat tetap berkurban di masa pandemi Covid-19 ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Idul Adha merupakan salah satu event akbar umat Islam yang dirayakan umat Muslim se-dunia selain Idul Fitri. Dalam merayakan momen istimewa ini, umat Islam bisa berbagi kebahagian kepada saudara seiman. Dan yang paling berkesan dalam merayakan Idul Adha adalah perintah untuk berkurban. Banyak ulama yang menerangkan bahwa berkurban di Idul Adha memiliki nilai yang utama, bahkan bila nilai sedekahnya lebih besar dari harga hewan kurban.

Berawal dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, dalam membuktikan ketakwaannya kepada Allah, Tuhan Semesta Alam. Seperti yang dikisahkan dalam banyak siroh, Nabi Ibrahim merupakan seorang hamba yang sangat patuh kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, termasuk ketika diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail, anaknya. Padahal beliau telah menantikan kehadiran buah hati sejak lama. Begitu mendengar bahwa yang memerintahkan adalah Rabbul’alamin, Nabi Ismail tidak menolak dan tidak gentar sedikitpun. Berkat ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim serta anaknya, Allah melepaskan cobaan kepada mereka dan menggantikan Ismail dengan seekor domba yang besar.

Baca Juga

Selain memantuhi perintah Allah, berkurban menjadi pembuktian cinta pada pencipta. Jika ditelisik lebih dalam, ada banyak keteladanan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Allah. Dalam meraih takwa, bukan hanya menyembelih hewan kurban saja tetapi ketakwaan hamba dalam kesabaran demi meraih ridhoNya. Betapa banyak umat Muslim yang enggan kurban terlebih di saat krisis akibat pandemi Covid-19. Poin keikhlasan menjadi landasan perintah berkurban terkait dengan kondisi pandemi saat ini karena masyarakat sedang dalam ekonomi ambruk, nafkah kian sulit dicari, kebutuhan sehari-hari sulit dipenuhi. Namun bila mengambil pelajaran dari ketauhidan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah selalu memberikan hikmah bagi yang mematuhi syariatNya.

Bisa jadi, kurban menjadi kunci pembuka untuk lebih mengenal agama Islam dimana kita bisa mengukur skala prioritas dalam hidup. Bukan berarti mengabaikan kebutuhan dunia, tetapi menempatkan prioritas agama harus ada dalam paradigma seorang Muslim. Bila ibadah telah dijadikan prioritas tertinggi, maka menunaikan kurban tidak menjadi hal yang memberatkan.

Meski demikian, dikutip dari siaran pers ACT, tidak semua umat Muslim rela menyisihkan harta terbaik yang dimilikinya untuk berkurban. Berbagai sebab menjadi alasan sebabnya, entah karena lupa batas akhir berkurban, pengalihan alokasi dana untuk kebutuhan lain, hingga keraguan dan kekhawatiran yang datang. Namun dari semua alasan tersebut, sebenarnya muara ada pada kurangnya kesungguhan dalam menunaikan kurban.

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39). Dari ayat tersebut, tekad berkurban sejatinya lebih bulat karena Allah akan membuka pintu rejeki lain bagi yang menunaikan kurban dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan. Meskipun kurban bukan ibadah yang wajib, namun sangat disayangkan apabila umat muslim melewatkan ibadah kurban yang merupakan rangkaian ibadah setelah Ramadhan.

Selain ibadah untuk diri sendiri, Idul Adha juga bisa menjadi momen bagi para Muslim untuk berbagi rejeki dengan saudara seiman yang lebih tidak berdaya. Lewat daging yang dikurbankan, pekurban bisa memberikan daging bagi fakir miskin yang mungkin tidak punya apapun untuk dimakan. Tidaklah rugi bagi kaum muslimin untuk menyenangkan orang lain. Apalagi, mencintai saudara sesama muslim termasuk kesempurnaan iman. Sesuai hadist Rasullah shalallahu alaihi wasallam, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari & Muslim).

Berkurban kian diandalkan menuju jalan takwa untuk terus berbagi kepada mereka yang membutuhkan di masa-masa sulit seperti sekarang ini. Era normal yang baru bukan momen berputus asa, namun bisa jadi kunci keberkahan. Dengan kondisi serba terbatas, maka berkurban adalah cara menjadi bentuk nyata rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan. Ketika banyak saudara di-PHK, para pengusaha gulung tikar, petani peternak bermuram durja maka kurban kita dapat menjadi bukti keimanan.

Misalnya, berkurban melalui Global Qurban – ACT nantinya akan memberikan multibenefit karena akan menyebarkan manfaat mulai dari peternak, penjual, hingga sampai ke penerima manfaat. Sehingga, jika satu individu yang berkolaborasi dalam program kurban ini, individu lain juga akan ikut merasakan manfaatnya.

Sungguh sebuah hal yang sangat nikmat apabila kita bisa meresapi keteladanan Nabi Ibrahim dan menerapkan dalam keseharian kita. Bersungguh-sungguh mengejar keridhaan Allah adalah pembeda di antara miliaran hambaNya. Untuk itu, diperlukan keseriusan untuk melakukan kebaikan yang menyebabkan lurusnya iman. Mudah-mudahan (keikhlasan) kita semua diterima oleh Allah dalam kurban yang akan kita laksanakan nanti. Semoga Allah berkahi kita semua. Yuk! Berkurban di  www.GlobalQurban.com  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement