REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Intelijen Negara (BIN) melanjutkan rangkaian "rapid test massal" COVID-19 di Surabaya dengan memprioritaskan pelaksanaannya di lokasi-lokasi yang menjadi klaster tinggi penyebaran COVID-19.
Memasuki hari ke-8, Jumat, BIN melaksanakan "rapid test" di dua titik di ibu kota Jawa Timur tersebut, yakni parkir bus Wisata Religi Sunan Ampel dan Terminal Keputih, Jalan Keputih, Tegal, Surabaya.
Kepala BIN Daerah (Kabinda) Jawa Timur, Brigjen TNI M. Syafei mengungkapkan bahwa hingga hari ini BIN telah memasuki 13 titik di wilayah Surabaya dalam pelaksanaan "rapid test" dan "swab test". Dengan masifnya penyelenggaraan "rapid test" tersebut, katanya, diharapkan dapat mencegah penularan COVID-19.
"Hari ini kita melaksanakan kegiatan 'rapid test' di Surabaya ini untuk yang ke-13 kalinya dalam delapan hari. Harapan kita ini supaya untuk mencegah penularan COVID-19," ungkapnya.
"Rapid test" massal itu merupakan arahan langsung dari Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan guna memutus rantai penyebaran COVID-19.
Syafei mengatakan bahwa kegiatan "rapid test akan terus berlangsung di Ibu Kota Jawa Timur sampai tanggal 10 Juni 2020, sebab Surabaya menjadi wilayah episentrum tertinggi kasus positif COVID-19 di Jawa Timur.
"Kita masih akan melaksanakan sampai tanggal 10 Juni. Setiap hari dua titik, setiap hari berpindah tempat di dua titik. Kita melaksanakan kegiatan 'rapid' ini yang menurut pemkot Surabaya bahwa daerah-daerah ni tingkat kasusnya tinggi," katanya.
"Kita prioritaskan di daerah yang ada kluster-kluster yang bisa membuat menyebar menjangkiti masyarakat sekitarnya lebih banyak, dengan harapan kegiatan ini bisa mengetahui siapa-siapa yang terpapar kemudian kita lokalisir," pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Semampir di wilayah Wisata Sunan Ampel Surabaya, Tono, mengucapkan terima kasih kepada BIN yang telah menyelenggarakan "rapid test" COVID-19 massal di wilayahnya secara gratis.
"Manfaat saya rasa sangat besar sekali, karena sebenarnya masyarakat juga ingin tau bagaimana sih kondisi sesungguhnya," ucapnya.
Tono berharap pelaksanaan "rapid test" massal di wilayahnya bisa lebih lama sehingga masyarakat yang mengikuti pun bisa lebih banyak sehingga masyarakat akan lebih tahu kondisinya untuk mencegah penularan COVID-19.
Head of Medical Intelligence, Dokter Sri Wulandari, salah satu dokter yang menangani rapid COVID-19 yang digelar BIN di Surabaya mengungkapkan, pada hari ke-8 di lokasi pertama rapid test di Parkir Bis Wisata Sunan Ampel pihaknya telah melakukan "rapid test" terhadap 824 orang, dan 117 orang reaktif.
"Yang mengikuti swab jumlahnya 131 orang (tambahan 14 orang dari Puskesmas dan RS Paru)," katanya.
Di lokasi kedua rapid test di Terminal Keputih, Jalan Keputih Surabaya, BIN telah melakukan rapid test terhadap 739 orang, dan 62 orang dinyatakan reaktif yang kemudian diminta mengikuti "swab test".
Kegiatan rapid test massal ini didukung tenaga medis, analis laboratorium dan tenaga pedukung sebanyak 40 orang dari Jakarta dan dibantu 20 anggota Binda Jatim.
Satgas Lawan COVID-19 BIN membawa langsung Mobil Laboratorium COVID-19, ambulans, dan peralatan pendukung lainnya di kota Surabaya dan sekitarnya.
Mobil Laboratorium ini, merupakan 1 (satu) dari 5 (lima) mobil laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-2) yang bersertifikat internasional pertama di Indonesia.
Dalam "rapid test" itu, BIN menyiapkan 2.000 - 3.000 alat "rapid test", beserta mobil lab untuk test PCR atau "swab test" setiap harinya yang diperuntukan bagi warga yang reaktif rapid test. Mobile Lab dari BIN ini dapat mengambil 300 sampel per harinya. Adapun hasil "swab test" bisa diketahui hanya dalam 2,5 jam.
Sebelumnya, BIN telah menggelar rapid test massal Covid-19 di sejumlah titik di Surabaya, serta memberikan bantuan ribuan alat-alat kesehatan untuk Ibu Kota Jawa Timur itu guna memutus rantai penyebaran COVID-19.