Jumat 05 Jun 2020 23:14 WIB

BIN Prioritaskan Rapid Test di Lokasi Tinggi Covid-19

Hingga hari kedelapan, BIN telah lakukan rapid dan swab test di 13 titik Surabaya

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas kesehatan mengambil sampel lendir dari hidung salah satu warga saat mengikuti swab test dan tes diagnostik cepat (rapid test) COVID-19 secara massal di Surabaya, Jawa Timur, Senin (1/6/2020). Tes diagnositk cepat dan swab test yang diselenggarakan oleh Badan Intelijen Negara (BIN) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Kota Surabaya tersebut digelar untuk memetakan kondisi kesehatan masyarakat yang berada di zona merah sekaligus sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19
Foto: ANTARA/Moch Asim
Petugas kesehatan mengambil sampel lendir dari hidung salah satu warga saat mengikuti swab test dan tes diagnostik cepat (rapid test) COVID-19 secara massal di Surabaya, Jawa Timur, Senin (1/6/2020). Tes diagnositk cepat dan swab test yang diselenggarakan oleh Badan Intelijen Negara (BIN) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Kota Surabaya tersebut digelar untuk memetakan kondisi kesehatan masyarakat yang berada di zona merah sekaligus sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Intelijen Negara (BIN) melanjutkan rangkaian "rapid test massal" COVID-19 di Surabaya dengan memprioritaskan pelaksanaannya di lokasi-lokasi yang menjadi klaster tinggi penyebaran COVID-19.

Memasuki hari ke-8, Jumat, BIN melaksanakan "rapid test" di dua titik di ibu kota Jawa Timur tersebut, yakni parkir bus Wisata Religi Sunan Ampel dan Terminal Keputih, Jalan Keputih, Tegal, Surabaya.

Kepala BIN Daerah (Kabinda) Jawa Timur, Brigjen TNI M. Syafei mengungkapkan bahwa hingga hari ini BIN telah memasuki 13 titik di wilayah Surabaya dalam pelaksanaan "rapid test" dan "swab test". Dengan masifnya penyelenggaraan "rapid test" tersebut, katanya, diharapkan dapat mencegah penularan COVID-19.

"Hari ini kita melaksanakan kegiatan 'rapid test' di Surabaya ini untuk yang ke-13 kalinya dalam delapan hari. Harapan kita ini supaya untuk mencegah penularan COVID-19," ungkapnya.