REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Maskapai penerbangan milik sejumlah negara Teluk, Etihad Airways, melanjutkan kebijakan pengurangan gaji untuk para staf mereka. Hal ini guna menyelamatkan keuangan perusahaan akibat hantaman pandemi.
Dilansir Reuters, Senin (8/6), Etihad Airways milik Abu Dhabi memperpanjang pemotongan gaji karyawan 25 sampai 50 persen hingga September, menurut seorang juru bicara. Langkah ini dilakukan dengan mempertimbangkan semua opsi untuk melindungi pekerjaan dan cadangan kas perusahaan. Semula, maskapai sudah mengurangi gaji pada April.
Pekan lalu, Etihad memberhentikan beberapa awak kabin. Dalam email yang dilihat Reuters, perusahaan tidak merencanakan pengurangan awak lebih lanjut.
Tapi, juru bicara itu mengatakan, telah terjadi pemutusan hubungan kerja di beberapa area maskapai. Bulan lalu, sumber menyebutkan kepada Reuters, Etihad berencana memecat 1.200 karyawan.
Sama seperti maskapai milik negara Teluk lain seperti Emirates, Etihad telah mengoperasikan layanan secara terbatas. Sebagian besarnya merupakan penerbangan keluar dari Uni Emirat Arab (UEA) yang maskapai itu batasi sejak penerbangan penumpang dihentikan sejak Maret.
Etihad dan Emirates akan memulai kembali beberapa penerbangan di penghujung bulan ini. Pekan lalu, UEA mencabut penangguhan layanan, di mana penumpang dapat berhenti di negara tersebut untuk melakukan perubahan rencana atau pesawat melakukan pengisian bahan bakar.
Seperti maskapai lain, Etihad telah memecat staf karena dampak pandemi terhadap bisnis. Rekan mereka, Qatar Airways, mengatakan, mereka dapat memberhentikan hingga 20 persen dari jumlah karyawan akibat tekanan yang ada sampai sekarang.