Senin 08 Jun 2020 18:04 WIB

Industri Hospitality Harus Adaptasi dalam Normal Baru

Pandemi mempengaruhi kinerja industri hospitality, termasuk perhotelan.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi hotel. Industri hospitality merupakan salah satu yang terdampak paling besar karena pandemi Covid-19.
Ilustrasi hotel. Industri hospitality merupakan salah satu yang terdampak paling besar karena pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Country Head Emerging Business OYO Indonesia Eko Bramantyo menyampaikan OYO Indonesia sedang beradaptasi terhadap kondisi dan bersiap menghadapi fase the new normal sebagai akibat dari pandemi guna menjaga keberlangsungan bisnis. Eko menyebut industri hospitality merupakan salah satu yang terdampak paling besar karena pandemi Covid-19.

"Berbagai kebijakan pergerakan masyarakat, pembatasan sosial dan penutupan akses perjalanan membuat okupansi mengalami penurunan signifikan, baik bagi pelaku industri berskala besar maupun kecil," ujar Eko dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Senin (8/6).

Baca Juga

Berdasarkan survei Mckinsey mengenai sentimen konsumen indonesia selama pandemi, kata Eko, menemukan penurunan signifikan pada minat konsumen di Indonesia untuk melakukan perjalanan. Ia memerinci minat responden untuk melakukan perjalanan domestik menurun sebanyak 80 persen, perjalanan internasional turun sebanyak 86 persen, dan minat untuk menginap di hotel turun sebanyak 84 persen.

Sementara itu, lanjut Eko, survei dari Persatuan Hotel dan Restoran di Indonesia bersama Horwath HTL memprediksi pandemi akan mempengaruhi kinerja sektor perhotelan selama empat hingga enam bulan dengan tingkat hunian yang berkurang 25 persen hingga 50 persen year on year pada semester awal 2020.

"Perubahan dalam industri hospitality karena adanya pandemi juga mulai terlihat dari tren pemesanan dalam beberapa bulan terakhir," ucap Eko.

Data internal OYO mencatat jika sebelumnya tren pemesanan didominasi penginapan untuk jangka pendek-menengah dengan rata-rata durasi menginap satu hari sampai tiga hari menjadi jangka panjang dengan rata-rata durasi menginap 7-14 hari dalam sebulan terakhir. Tren ini diperkirakan juga didukung adanya imbauan melakukan isolasi mandiri setidaknya selama 14 hari dan didominasi orang-orang yang tidak dapat bekerja dari rumah, seperti para tenaga medis dan pekerja di sektor vital seperti perbankan dan logistik.

"Beradaptasi pada perubahan semakin menjadi kunci bagi pelaku industri hospitality untuk bertahan di tengah tekanan ekonomi yang signifikan bagi industri saat ini," lanjut Eko.

Sebagai salah satu pelaku industri, ucap Eko, OYO berkomitmen untuk berorientasi pada strategi bisnis jangka panjang dan saat ini fokus OYO terarah kepada menjaga kekuatan finansial dan independensi yang menjadi kunci bagi operasional dan performa bisnis perusahaan. Selain itu, penerapan standar operasional berdasarkan protokol kesehatan juga menjadi fokus OYO saat ini.

Eko menyampaikan fokus OYO saat ini memastikan sumber pendapatan terus optimal, baik dari sisi bisnis akomodasi maupun nonakomodasi, sambil terus memastikan OYO tetap memberikan layanan terbaik bagi para pelanggan.

"Penyesuaian yang dilakukan saat ini tetap mempertimbangkan skala prioritas bagi karyawan dan mitra dengan memastikan setiap karyawan tidak kehilangan pekerjaannya serta terus mendukung bisnis mitra agar tetap berjalan di tengah situasi sulit saat ini," kata Eko menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement