REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Ketua gugus tugas virus pemerintah Singapura, Lawrence Wong, menyatakan setidaknya setengah dari kasus virus corona yang baru ditemukan di Singapura tidak menunjukkan gejala atau orang tanpa gejala (OTG). Perkembangan ini membuat negara ini tetap akan melonggarkan pembatasan kegiatan secara bertahap.
"Berdasarkan pengalaman kami, untuk setiap kasus simptomatik Anda akan memiliki setidaknya satu kasus tanpa gejala," kata Wong, Senin (8/6).
Singapura menjadi negara dengan penghitungan infeksi tertinggi di Asia. Laporan terbaru menyatakan Singapura punya 38 ribu kasus dengan kasus baru terbanyak di asrama bagi pekerja migran.
Meski ada laporan pasien tidak bergejala, Singapura tidak mengungkapkan berapa banyak kasus tanpa gejala yang telah dicatat. Namun, China mengatakan 300 pembawa Covid-19 yang tidak bergejala di pusat kota Wuhan, belum ditemukan menular. Beberapa ahli menyebut infeksi asimptomatik adalah umum dan ini membuat tantangan besar dalam mengendalikan penyakit.
Wong mengatakan kasus tanpa gejala memiliki lebih sedikit peluang untuk menyebarkan virus karena tidak ada batuk atau bersin. Namun, ada kasus penularan tanpa gejala di Singapura terjadi, terutama antara OTG yang tinggal di tempat yang dekat.
Penemuan tingkat pembawa asimptomatik mendorong rencana pemerintah untuk menerapkan pelonggaran secara bertahap dilakukan secara hari-hari. Pelonggaran akan mengharuskan warga untuk tetap bekerja dari rumah dan bergaul secara sosial hanya dengan keluarga.
"Orang-orang berkomentar, mengapa kita tidak membuka kembali perekonomian lebih cepat? Kami harus mengambil pendekatan yang lebih hati-hati. Masih ada kasus tanpa gejala yang mungkin tidak terdeteksi di masyarakat," ujar Wong.