Senin 08 Jun 2020 20:37 WIB

MoU dengan BNPB, MUI Berharap Dai Jadi Pahlawan Kemanusiaan

Masyarakat banyak yang menunggu titah ulama dalam menghadapi bencana.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kepala BNPB, Doni Monardo melakukan penandatangan MoU tentang penanggulangan bencana bersama Wakil Ketua Umum MUI, KH Muhyiddin Junadii di Kantor MUI, Jakarta Pusat, Senin (8/5).
Foto: Republika/Muhyiddin
Kepala BNPB, Doni Monardo melakukan penandatangan MoU tentang penanggulangan bencana bersama Wakil Ketua Umum MUI, KH Muhyiddin Junadii di Kantor MUI, Jakarta Pusat, Senin (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis berharap para dai bisa menjadi pahlawan kemanusiaan dalam menghadai bencana, termasuk bencana Covid-19. Hal ini disampaikan Kiai Cholil usai mengikuti acara penandatangan MoU tentang penanggulangan bencana antara MUI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Kantor MUI, Jakarta Pusat, Senin (8/6). 

"Harapannya, para dai menjadi pahlawan kemanusiaan untuk menyelamatkan umat dari bencana. Seperti soal pandemi Covid-19 diharapkan ulama dapat memberi pelajaran dan kesadaran umat untuk mematuhi protokol kesehatan," ujar Kiai Cholil.

Kiai Cholil menjelaskan, penandatanganan MoU antara MUI dan BNPB tersebut bertujuan mempererat hubungan untuk penanggulangan bencana. Menurut dia, kerjasama ini nantinya akan memprioritaskan penanggulangan pandemi Covid-19. "Pada kesempatan ini yang akan menjadi prioritas adalah penanggulangan pandemi Covid-19," ucapnya. 

Dia mengatakan, BNPB merasa penting untuk banyak melibatkan ulama dalam menyampaikan pesan penanggulangan bencana. Apalagi, menurut dia, masyarakat banyak yang menunggu titah ulama dalam menghadapi bencana. 

"Ulama lah yang akan menyampaikan cara mencintai alam, menjaga kebersihan dan menjaga diri dari penyakit," ucapnya. 

Sekretaris Satgas Covid-19 ini mengatakan, para ulama memang perlu lebih banyak mempertegas dakwahnya dalam kaitannya hubungan manusia dengan alam.  Sebab, kata dia, Indonesia adalah negara yang paling rawan bencana di seluruh dunia. 

"Maka kesadaran masyarakat perlu digugah oleh ulama berdasarkan ajaran Islam agar umat lebih mencintai alam dan lingkungan untuk memitigasi bencana," kata Kiai Cholil. 

Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia sedang  berjuang menghadapi pandemi Covid-19. Karena itu, menurut dia, satu-satunya cara untuk menghindari diri dari pandemi ini adalah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. 

"Bahwa dengan cara kita memakai masker berarti telah melindungi mulut dan hidung yang menjadi sumber masuknya virus. Kita jaga diri dengan menjaga jarak dalam rangka menghindar dari penyakit," jelasnya. 

Namun, menurut Kiai Cholil, agar masyarakat Indonesia bisa mengikuti protokol kesehatan tersebut diperlukan peran para ulama. Menurut dia, tausiyah para ulama ataupun dai sangat penting untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat, khususnya umat Islam.  

"Salah satu cara yang efektif untuk mengajak umat tanpa paksaan yang menyentuh sampai level yg paling bawah adalah tausiyah ulama, dakwah asatidz yang bisa memberi leiterasi kepada umat agar  sadar bencana dengan nilai-nilai keimanan," tutupnya. 

Sebagai informasi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan pennadatangan MoU bersama Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) tentang penanggulangan bencana di Kantor MUI, Jakarta Pusat, Senin (8/5). Nota kesepamahan ini ditandangi oleh Kepala BNPB, Letnan Jenderal Doni Monardo dan Wakil Ketua Umum MUI, KH Muhyiddin Junaidi. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement