REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika Serikat (USOPC) menyatakan pembelaanya terhadap atlet yang bersuara untuk kesetaraan ras di negara tersebut, menyusul demonstrasi besar-besaran akibat kematian George Floyd, pria kulit hitam yang dibunuh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah surat terbuka, Ketua USOPC, Sarah Hirshland menyampaikan pemerintah AS gagal membela kesetaraan ras dan toleransi.
Di satu sisi, USOPC terancam kembali mendapat sanksi karena menentang pemerintahnya sendiri. Sebelumnya dua atlet AS, Gwen Berry dan Race Imboden pernah berpidato soal rasisme di kejuaraan Pan Amerika, setahun yang lalu.
Dalam laporan Times of India, Komite Olimpiade Internasional melarang sikap politik dan agama dalam seluruh ajang olahraga. Namun, Hirshland tetap membela para atlet agar tetap bersuara jika menemukan ketidak adilan.
Hirshland bahkan mengumpulkan beberapa atlet untuk mendiskusikan isu rasisme. Menurutnya, diskriminasi ras terutama terhadap kulit hitam sudah tidak bisa ditoleransi lagi di AS.
"Selama puluhan tahun kita memperjuangkan kesetaraan demi sebuah perubahan. Kita semua gagal mendengar dan bahkan menoleransi rasisme dan diskriminasi. Hidup para kulit hitam berharga," tulisnya, Rabu (10/6).
"Ini saatnya kita menghancurkan semua sekat dan mengambil satu suara agar suara kaum kulit hitam lebih didengar," ucapnya.
Melihat hal itu, Gwen Berry menilai sikap ketua USOPC berhasil membuka pikiran semua orang terkait isu-isu rasisme yang masih terjadi di AS.
"Saya pikir atlet dapat memulai protes dengan damai agar perubahan dapat terjadi," ucapnya.