REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Sekolah Vokasi (SV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menekankan pentingnya penerapan dan perpaduan high technology dan low technology (teknologi tepat guna) untuk penguatan laboratorium kompetensi. Direktur SV UNS, Santoso Tri Hananto, mengatakan, kecanggihan teknologi, digunakan agar laboratorium kompetensi di SV UNS memiliki kualitas sekelas industri sebagai bekal mahasiswa saat magang industri yang memang menjadi fokus utama SV UNS.
Selain itu, Program Studi (Prodi) yang cukup heterogen mengharuskan tersedianya laboratorium yang beraneka ragam. Untuk itu, SV UNS merencanakan sebuah laboratorium berbasis Augmented Reality & Virtual Reality (AR/VR) untuk mengefisiensi ruangan dan memudahkan pemutakhiran konten praktikum.
"Low-tech ini dibutuhkan agar anak-anak kita tidak lupa dengan teknologi tepat guna yang lebih sederhana. Karena kebanyakan Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) menggunakan teknologi tepat guna," terang Santoso seperti tertulis dalam siaran pers, Kamis (11/6).
Santoso mencontohkan, usaha mikro yang kurang memungkinkan jika dibebani akuntansi berbasis komputer, dengan kekhawatiran kinerja pokoknya dapat terganggu. Sehingga, UMKM membutuhkan sistem yang sangat memungkinkan dikerjakan mandiri oleh mereka dan tidak perlu menambah orang berlatar belakang khusus akuntansi.
Santoso menambahkan fokus utama SV UNS yakni magang industri. Sebab dengan magang industri, SV UNS dapat sharing SDM juga sarana dan prasarana dengan industri mitra.
"Laboratorium kompetensi kami mengupayakan mendekati industri untuk memberi bekal mahasiswa. Di industri tentu semakin baik. Misalkan pada pertegahan Maret kami sudah ada nota kesepahaman (MoU) dengan Tiga Serangkai Inti Corpora. Tiga serangkai menyiapkan dua kelas yakni kelas perkuliahan yang di sampingnya langsung industri. Jadi mahasiswa bisa magang sekaligus kuliah industri," paparnya.
Mengenai jumlah perusahaan, Santoso mengatakan diperlukan 600 hingga 700 perusahaan mitra untuk dapat menuntaskan capaian pembelajaran. Karenanya, antar pengelola pendidikan vokasional dapat saling berbagi.
"Kami bermitra dengan industri, dengan asosiasi profesi, dengan sesama perguruan tinggi, politeknik yang menyelenggarakan pendidikan vokasi untuk saling memperkuat. Kami juga membuka ruang diskusi, ruang berbagi informasi dan sebagainya," ucap Santoso.
Sebagaimana prinsip pendidikan vokasi, SV UNS berupaya menerapkan kuliah praktik yang lebih banyak dengan pembagian 70 persen kuliah praktik dan 30 persen kuliah teori. Dari angka 70 persen tersebut, setengahnya berupa magang industri untuk membentuk sumber daya manusia yang terampil dan berkeahlian.