REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Seorang jurnalis Pakistan, Nadeem Farooq Paracha, menerbitkan sebuah tulisan berjudul Soul Rivals: State, Militan, and Sufism Pop in Pakistan. Artikel tersebut membahas ragam perjalanan tasawuf di negara Muslim tersebut yang bercorak Hindi.
Dilansir di Hindu Business Line, Sabtu (13/6), perjalanan sufisme pop di Pakistan dimulai dengan sketsa yang menarik dari artikel jurnal yang ditulis oleh dua akademisi dari dua latar belakang berbeda, yakni dari Pakistan dan China. Artikel tersebut berupaya mengubah citra Pakistan sebagai negara sufi.
Hal itu untuk menggantikan citra yang ada tentang suatu bangsa yang dirusak oleh ekstremisme agama. Sufisme, kata para akademisi ini, menawarkan jalan tengah yang erat antara ekstremisme agama dan sekularisme Barat.
"Makalah ini mencari jalan tengah dengan mengusulkan pengerjaan ulang kontemporer salah satu untai Islam yang paling 'moderat' dan esoteris. Yaitu tasawuf," kata Paracha.
Tetapi bagi Paracha, argumen seperti itu, seperti banyak pemikiran populer tentang Sufisme di Pakistan, menyinggung sejarahnya yang diperebutkan. Kontestasi-kontestasi dalam Sufisme ini yaitu evolusi historisnya, penggunaan sosiopolitik oleh kepemimpinan negara dan produksi budaya di Pakistan, itulah yang menggerakkan para Rival Jiwa.