Senin 06 Jan 2025 14:56 WIB

Puncak Ma'rifat Syekh Abdul Qadir Jailani

Syekh Abdul Qadir Jailani sangat populer di Indonesia.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Foto: dok nu
Syekh Abdul Qadir al-Jailani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Biografi merupakan salah satu jenis karya sastra yang berkembang di dunia Islam. Jejak dan perjalanan hidup Muhammad SAW yang begitu memukau telah mendorong para penulis Muslim untuk mengabadikannya dalam sebuah biografi yang dikenal sebagai As-Sirah an-Nabawiyyah.

Baca Juga

Para sejarawan telah melakukan penelitian serta penelusuran terhadap masa-masa kehidupan Nabi Muhammad SAW. Mereka mengumpulkan kembali puisi-puisi pra-Islam. Hal itu dilakukan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya kehidupan Rasulullah sampai akhirnya menerima wahyu dan menjadi Rasul.

Sarjana Muslim yang pertama kali menulis sejarah hidup Nabi Muhammad adalah Wahab bin Munabbih. Namun, As-Sirah an-Nabawiyyah yang paling populer ditulis oleh Muhammad bin Ishaq. Selain biografi Rasulullah SAW, para penulis Muslim juga banyak yang menulis tentang sejarah hidup para sahabat dan ulama terkemuka yang pernah mewarnai dunia Islam.

Salah seorang ulama yang mendapat perhatian para penulis biografi Muslim adalah Syekh Abdul Qadir al-Jaelani. Ulama yang diberi gelar Syekhul Islam oleh Imam Azzahabi itu memang sangat populer. Bahkan, bagi mayoritas umat Islam di Indonesia, namanya biasa diucapkan dalam doa-doa yang mereka panjatkan.

Biografi Syekh Abdul Qadir al-Jaelani yang terbilang istimewa berjudul Nahr al-Qadiriyah. Betapa tidak, buku biografi itu ditulis oleh cucunya sendiri yang hidup di abad ke-21. Adalah Sayyid Syarif Dr Muhammad Fadhil Jaelani al-Hasani at-Taelani al-Jimazraqi yang menulis jejak hidup ulama terkemuka dari abad kelima Hijriah itu.

Dalam pendahuluan kitabnya, Syekh Fadhil mengungkapkan, untuk mempelajari biografi salah seorang tokoh ulama umat Islam ataupun seorang quthb sufi bukanlah perkara mudah. Alasannya, kata dia, dibutuhkan pembelajaran mendalam mengenai kepribadian ulama tersebut, standar pemikiran yang elite untuk menjelajahi pemikiran-pemikiran, serta perlu merengkuh kedalaman makrifatnya.

"Seorang penulis juga dituntut untuk mengenali tujuan-tujuan Syekh Abdul Qadir, mengemukakan pendapat-pendapatnya, dan mempelajari lingkungan-lingkungan ketika beliau hidup dengan segala kondisi yang meliputinya dan seberapa besar lingkungan tersebut memengaruhi beliau, seberapa besar pengaruh beliau terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya," tuturnya.

Selain itu, kata dia, peneliti juga harus benar-benar mengetahui hasil-hasil dari itu semua dengan pemahaman sempurna dan detail, tidak terhenti pada pemahaman yang dangkal. Seorang penulis biografi ulama terkemuka harus secara dalam menyeberangi makna-maknanya sehingga sampai pada tujuan dan maksud yang diharapkan.

Syekh Fadhil telah mendedikasikan waktunya selama 30 tahun untuk meneliti jejak hidup kakeknya. Dengan penuh kesungguhan, ia meneliti lebih kitab-kitab karya Syekh Abdul Qadir al-Jaelani. Tak cuma itu, ia juga mempelajari pemikiran-pemikiran dan pendapatnya.

"Semua itu dilakukannya demi mencapai gambaran sempurna mengenai kepribadian unik beliau yang saat ini sangat jarang kita temukan," paparnya. Secara khusus, ia juga telah mempelajari dan menginvestigasi tafsir karya Syekh Abdul Qadir al-Jaelani yang berjudul Tafsir al-Jaelani.

Dalam kitab biografi itu, para pembaca akan diajak untuk menelusuri kehidupan, tugas-tugas penting, para murid, serta panduan-panduang umum dan khusus Syekh Abdul Qadir al-Jaelani. Bahkan, dalam buku itu juga dipaparkan tentang pengaruh ulama besar itu bagi generasi berikutnya, khususnya pengaruhnya bagi Salahuddin al-Ayyubi, pahlawan Islam yang berhasil mengambil alih Masjidil Aqsha dari pasukan tentara Salib.

Menurut Syekh Fadhil, Syekh Abdul Qadir Jaelani telah datang menantang zaman yang saat itu dipenuhi dengan kerusakan di berbagai aspek, baik fisik maupun nonfisik, social, apalagi moral.  "Kondisi manusia kala itu seperti berada di ujung api  yang membakar," paparnya.

Bagi Syekh Fadhil, kedatangan Syekh Abdul Qadir Jaelani merupakan anugerah yang besar dari Allah SWT. "Beliau mampu mengembalikan kekokohan nilai-nilai keimanan pada setiap jiwa manusia, mengarahkannya pada kebenaran mutlak dan jalan yang lurus setelah menyatukan barisan, dan mengembalikan rasa toleransi antarkalangan awam dan khas."

Sehingga, kata dia, tertancap kaidah kerakyatan yang berbunyi, "Perdamaian mulai tersebar ke kalangan elite pemerintahan yang tersortir setelah generasi agung pimpinan Salahuddin al-Ayubi untuk membela kejayaan umat dan membebaskan kesucian-kesuciannya serta mengembalikan kesatuan rakyat dan wilayah-wilayahnya."

Sang Arif Billah Ta'ala Syekh Abdul Qadir Jaelani dilahirkan di Naif Jaelani pada 470 H/1077 M. Orang Arab menyebutnya Jailani dan orang Prancis menyebutnya Kailani. Kota itu berada di Thabaristan. Jailani bukanlah kota-kota besar, melainkan perkampungan-perkampungan kecil di antara pegunungan.

Ia terlahir pada akhir masa Kekhalifahan Abbasiyah, tepatnya pertengahan kedua abad kelima Hijriah. Syekh Abdul Qadir Jaelani tumbuh dan dibesarkan pada periode ketiga masa Kekhalifahan Abbasiyah. Ia dibesarkan dalam asuhan sang kakek dari pihak ibu, Assayyid Abdullah Ashumu'ie ra.

Syekh Abdul Qadir memiliki seorang saudara laki-laki. Menurut Ibnu al-Ammad al-Hanbali dalam kitab Swarwadzat Addzahab, adik laki-lakinya itu bernama Abdullah, seorang anak saleh yang hidup di Jaelan dan meninggal ketika masih remaja.

Syekh Abdul Qadir tumbuh besar menjadi seorang yang abid, saleh, bertakwa, zuhud dalam keduniaan, mengutamakan akhirat, serta gigih mengenali dasar syariat dan cabang-cabangnya, pengantar, dan produk-produknya.

Konon, Syekh Abdul Qadir dilahirkan ketika ibunya berumur enam puluh tahun. Biasanya, wanita berumur enam puluh tahun tidak mengandung lagi kecuali perempuan bangsa Quraisy, dan wanita berumur lima puluh tahun juga tidak mengandung lagi kecuali perempuan bangsa Arab.

sumber : Dok Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement