Sabtu 13 Jun 2020 11:45 WIB

Berita Hoaks Bertebaran, Fadjroel Mengeluh

sebanyak 845 isu hoaks berkaitan langsung dengan isu Covid-19

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Akbar
Komisaris Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Fadjroel Rachman memberikan keterangan pers di gedung KPK, Jakarta, Jumat (13/11).
Foto: Antara/M Ali Wafa
Komisaris Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Fadjroel Rachman memberikan keterangan pers di gedung KPK, Jakarta, Jumat (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman mengeluhkan masih maraknya berita bohong atau hoaks di masa pandemi Covid-19. Bahkan menurutnya, sebanyak 5.732 isu hoaks yang ia temukan di berbagai platform media sosial selama Agustus 2018- Mei 2020. Bahkan sebanyak 845 isu hoaks berkaitan langsung dengan isu Covid-19.

"Sebanyak 1.149 kasus hoaks isu kesehatan, 1.040 politik, 1.012 pemerintah, kejahatan 434. Selanjutnya terkait fitnah terdapat 307, internasional 315, penipuan 290, mitos 188, perdagangan 36, dan pendidikan 34 dan 434 isu lainnya," kata Fadjroel Rachman dalam diskusi online Rumah Kebangsaan, Jumat (12/6).

Oleh karena itu, Fadjroel Rachman menegaskan pemerintah terus menangkal isu-isu hoaks yang berseliweran di berbagai platform media sosial. Ia menyebut masyarakat juga dapat berperan serta dalam melawan hoaks, termasuk media massa baik cetak maupun elektronik. Sehingga Indonesia dapat melewati masa pandemi Covid-19 dengan baik.

"Upaya terus menerus terus melakukan distorsi informasi juga terjadi. Jadi bukan saja kita mendapatkan segmen dari receiver yang menerima informasi tetapi juga menghadapi kelompok yang berkembang di masyarakat," terang Fadjroel Rachma.

Di kesempatan yang sama, Koordinator Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) Novi Kurnia mengklaim telah ikut serta melawan maraknya hoaks di masa pandemi Covid-19. Salah satunya adalah memproduksi beragam informasi akurat terkait virus Covid-190 baik dalam bentuk video, spanduk poster edukatif dan lainnya.

"Kami membuat beragam konten digital "Jaga diri dan Jaga Keluarga", "Jangan mudik", Cermat berdonasi lawan Covid-19" dan lainya. Diproduksi dalam 45 bahasa terdiri dari 43 daerah, 1 bahasa Indonesia dan 1 bahasa Mandarin," jelas Novi.

Sambung Novi, dalam menyebarkan konten tersebut Japelidi bekerja sama dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, serta lembaga lainnya. Kemudian pihaknya juga melakukan kampanye luring dengan membagikan sabun dan hand sanitizer bagi warga yang masih harus bekerja di luar rumah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement