Sabtu 13 Jun 2020 11:37 WIB

AS Berpeluang Masuk Gelombang Kedua Kasus Covid-19

Kasus Covid-19 di AS melonjak setelah lockdown dibuka.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nur Aini
Petugas medis memindahkan jenazah pasien Covid-19 di AS, ilustrasi
Foto: EPA-EFE/Peter Foley
Petugas medis memindahkan jenazah pasien Covid-19 di AS, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTIN -- Kasus virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat (AS) melonjak seiring dibukanya kembali ekonomi setelah lockdown. Para pakar telah memperingatkan bahwa AS bisa mendekati peningkatan kasus virus corona yang mengkhawatirkan setelah terjadinya protes yang meluas terkait kematian George Floyd dan pembukaan kembali bisnis. Pakar memperingatkan itu bisa menciptakan peluang kebangkitan gelombang kedua kasus Covid-19 yang mematikan.

Saat ini, sekitar enam negara bagian termasuk Texas dan Arizona tengah bergulat dengan meningkatnya jumlah pasien Covid-19 yang memenuhi rumah sakit. Lonjakan kasus baru-baru ini di sekitar selusin negara bagian sebagian mencerminkan peningkatan tes virus corona. Namun, banyak dari negara-negara tersebut juga menyaksikan meningkatnya rawat inap dan beberapa rumah sakit mulai kekurangan tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU).

Baca Juga

Di Texas, misalnya, selama tiga hari berturut-turut melaporkan catatan rawat inap dari rekor baru kasus Covid-19. Selanjutnya di North Carolina, hanya 13 persen dari tempat tidur ICU di negara bagian tersebut yang tersedia karena kasus Covid-19 yang parah.

Wali kota Houston di negara bagian Texas mengatakan, kota ini siap untuk mengubah stadion NFL menjadi rumah sakit darurat jika perlu. Sementara itu, Arizona juga telah menyaksikan rekor baru jumlah rawat inap pada angka 1.291.

Arizona, Utah, dan New Mexico mencatat kenaikan dalam kasus baru dari 40 persen atau lebih tinggi untuk pekan yang berakhir 7 Juni 2020, dibandingkan dengan tujuh hari sebelumnya. Sementara itu, kasus-kasus baru meningkat di Florida, Arkansas, South Carolina dan North Carolina lebih dari 30 persen dalam sepekan terakhir.

Direktur kesehatan negara bagian Arizona mengatakan kepada rumah sakit pekan ini agar mengaktifkan rencana darurat dan meningkatkan kapasitas ICU. Menurut situs web negara bagian ini, sekitar tiga perempat dari tempat tidur ICU di Arizona telah terisi.

"Anda benar-benar melewati ambang batas di Arizona. Hal yang mengkhawatirkan adalah jika jumlahnya mulai meningkat di tempat-tempat yang jelas telah memuncak dan sedang dalam tren turun," kata seorang ahli epidemiologi di University of Washington, Jared Baeten, mengatakan kepada Reuters, dilansir di Aljazirah, Sabtu (13/6).

Baeten juga merujuk pada New York dan negara bagian di timur laut lainnya di mana kasus-kasus baru dan kematikan akibat Covid-19 telah melonjak. Para pakar kesehatan khawatir akan ada peningkatan infeksi lebih lanjut setelah terjadinya aksi protes nasional atas ketidakadilan rasial dan kebrutalan polisi yang telah menewaskan pria kulit hitam di Minneapolis.

Pakar penyakit menular AS, Dr Anthony Fauci, mengatakan kepada CBC NEWS Kanada bahwa lebih banyak kasus yang tidak bisa dihindari karena pembatasan dicabut, walaupun secara keseluruhan kasus Covid-19 telah turun. Namun, menurutnya, laporan tentang adanya peningkatan dalam jumlah kasus di beberapa negara telah menimbulkan sedikit kekhawatiran.

Di negara bagian Oregon, gubernur setempat menghentikan pembukaan kembali selama tujuh hari setelah wilayah itu menyaksikan peningkatan kasus satu hari yang terbesar dalam kasus sejak pandemi dimulai. Seorang rekan peneliti di University of Texas di Austin, Spencer Fox, mengatakan kalaupun rumah sakit tidak kewalahan oleh kasus virus corona, namun lebih banyak rawat inap berarti lebih banyak kematian dalam beberapa pekan dan bulan mendatang.

"Kami mulai melihat tanda-tanda yang sangat mengkhawatirkan tentang perjalanan pandemi di kota-kota dan negara bagian di AS dan di seluruh dunia. Ketika Anda mulai melihat tanda-tanda itu, Anda harus bertindak cukup cepat," kata Fox.

Menurut penghitungan Johns Hopkins University, total kematian akibat virus corona di AS pada Jumat (12/6) hampir mencapai 114.000. Angka itu sejauh ini merupakan yang terbanyak di dunia.

Sementara itu, kepala Global Health Institute Harvard, Ashish Jha, mengatakan kepada CNN bahwa angka itu bisa melebihi 200.000 di beberapa titik pada September mendatang. Ia mengatakan, AS adalah satu-satunya negara besar yang dibuka kembali ekonominnya setelah lockdown tanpa membuat pertumbuhan kasusnya ke tingkat yang terkendali. Hal itu karena tingkat orang yang melakukan tes positif untuk virus corona tetap pada 5 persen atau lebih rendah selama setidaknya 14 hari. Menurut analisis Reuters, secara nasional angka itu antara 4 persen dan 7 persen dalam beberapa pekan terakhir.

Di sisi lain, para pejabat kesehatan telah menekankan imbauan agar memakai masker di depan umum dan menjaga jarak fisik yang disebut dapat sangat mengurangi transmisi virus tersebut. Namun, banyak negara bagian yang tidak memerlukan masker.

Hakim Harris County Lina Hidalgo, yang juga eksekutif terkenal untuk daerah yang meliputi Houston, mengungkapkan bahwa ia ingin pembukaan kembali ekonomi setelah lockdown berjalan sukses. Namun, ia mengaku khawatir mereka mungkin mendekati jurang bencana. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement