Senin 15 Jun 2020 16:10 WIB

Petugas Pemakaman Covid-19 di Surabaya yang tak Kenal Lelah

Petugas pemakaman kadang harus mengubur jenazah Covid-19 tengah malam buta.

Kondisi pemakaman kasus COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5/2020). Pemkot Surabaya menyediakan lahan khusus di TPU Keputih untuk pasien yang meninggal dunia dan dimakamkan dengan protokol kesehatan COVID-19
Foto: Antara/Zabur Karuru
Kondisi pemakaman kasus COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5/2020). Pemkot Surabaya menyediakan lahan khusus di TPU Keputih untuk pasien yang meninggal dunia dan dimakamkan dengan protokol kesehatan COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rr Laeny Sulistyawati

Perjuangan tenaga medis menangani pasien yang terpapar virus corona jenis baru atau Covid-19 sudah selayaknya mendapat apresiasi dan penghormatan sebagai pahlawan di masa pandemi ini. Namun, ada satu pahlawan lagi yang turut berjasa dalam melawan pandemi Covid-19 yang juga perlu diperhitungkan.

Baca Juga

Mereka adalah sopir mobil ambulans sekaligus petugas pemakaman jenazah pasien yang terpapar Covid-19. Tak banyak orang memang yang mau menekuni profesi ini. Apalagi, tugas mereka juga berhubungan langsung dengan pasien ataupun jenazah Covid-19. Mulai dari perasaan was-was, hingga harus bersitegang dengan pihak keluarga, kerap kali menghampiri.

Sejak pandemi Covid-19 di Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan lahan khusus untuk lokasi pemakaman jenazah Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih Surabaya. Di lokasi itu, pemakaman jenazah berjalan sesuai protokol kesehatan yang ditetapkan.

Selain itu, petugas juga diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD), mulai pengantaran hingga proses pemakaman selesai.

Para petugas ini merupakan gabungan dari beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya yang terdiri dari jajaran Dinas Sosial (Dinsos), Petugas Pemakaman Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) hingga tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya.

Salah satu petugas yang biasa terlibat dalam prosesi pemakaman jenazah pasien Covid-19 adalah Zuliyanto (50). Ia merupakan pendamping sopir ambulans Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya yang biasa membantu dalam prosesi pemakaman jenazah Covid-19.

Sekitar Maret 2020, menjadi awal pengalaman awal bagi Zulyanto mengantarkan dan memakamkan jenazah Covid-19. "Waktu itu kebetulan pas shift-nya teman-teman saya. Nah, setelah pertama kali mereka turun, salah satu tim ada yang drop karena ketakutan dengan berita-berita yang begitu santer terkait Covid-19," katanya.

Ia pun harus turun untuk meyakinkan teman-temannya pasien Covid-19 yang meninggal tidak sebahaya seperti yang diberitakan di media massa. Awalnya, Zuliyanto mengaku juga memiliki rasa takut dan was-was ketika harus terjun memakamkan jenazah Covid-19.

Tidak hanya dia, kawan-kawannya pun juga memiliki rasa takut akan terpapar virus itu. Namun, ada perasaan tersendiri yang membuat Zuliyanto yakin bahwa ini aman. Selain itu, karena niatan tulus yang membuat ia memberanikan diri untuk menjadi salah satu petugas khusus pemakaman.

"Nanti kalau semuanya tidak ada yang berani terus siapa yang memakamkan. Akhirnya saya beranikan diri untuk turun dengan niatan nawaitu untuk kemanusiaan," kata Zuliyanto.

Menurut dia, jenazah Covid-19 justru lebih aman dari pada pasien biasa. Karena sebelum dimakamkan, jenazah itu sudah dimasukkan ke dalam peti dan dilapisi plastik sesuai protokol kesehatan yang ditetapkan.

"Awalnya hanya beberapa petugas yang turun, kemudian ada 22 orang teman lainnya ikut berani turun. Satu bulan setelah itu kemudian akhirnya semuanya diwajibkan untuk ikut terjun," katanya.

Pria yang telah bekerja di Dinsos Surabaya sejak enam tahun yang lalu ini juga kerap kali harus membantu pemakaman jenazah Covid-19 saat tengah malam hingga dini hari. Bahkan, ketika pulang dan sampai di rumah, ia harus kembali berdinas untuk membantu rekan-rekannya.

"Seringkali sudah sampai rumah itu saya harus kembali membantu. Tidak hanya malam hari, dini hari sampai pagi pokoknya 24 jam. Bahkan, di luar jam dinas saya harus turun," ujarnya.

Sejak Covid-19 ada di Surabaya, mobil ambulans Dinsos tak hanya digunakan untuk mengantar orang sakit biasa. Namun, kendaraan ini juga digunakan untuk mengantar pasien ataupun jenazah Covid-19 ke tempat pemakaman.

Sejak saat itulah Zuliyanto bertugas mengantar jenazah pasien Covid-19 dari rumah sakit menuju pemakaman. Atau pasien meninggal di rumah kemudian diantar ke rumah sakit untuk dilakukan pemulasaran dan selanjutnya menuju pemakaman.

"Saya tak hanya bertugas mengantar jenazah hingga ke pemakaman. Tapi kita juga membantu teman-teman dari DKRTH bantu mereka bawa dan angkat peti sampai ke liang lahat," kata dia.

Meski demikian, Zuliyanto mengaku kerap kali harus bersitegang dengan pihak keluarga. Alasannya, keluarga pasien ingin memakamkan sendiri kerabatnya itu, meski tenaga kesehatan telah menyatakan jenazah itu terkonfirmasi positif Covid-19. Padahal, pemerintah telah menetapkan jenazah Covid-19 harus dimakamkan sesuai protokol kesehatan.

photo
Petugas menyiapkan liang lahat untuk jenazah kasus COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5/2020). Pemkot Surabaya menyediakan lahan khusus di TPU Keputih untuk pasien yang meninggal dunia dan dimakamkan dengan protokol kesehatan COVID-19 - (Antara/Zabur Karuru)

"Sering bersitegang sama pihak keluarga karena mereka tidak mengerti tupoksi kita di mana. Padahal tujuan kita hanya ingin membantu meringankan mereka. Hampir juga sempat berantem, untungnya saya masih sadar, saya berikan pengertian kepada pihak keluarga kalau proses pemakaman sesuai protokol ini tidak diterapkan, maka bisa jadi pandemi lagi," ujarnya.

Hal sama juga dialami Sugeng Priharianto. Ia juga menjadi salah satu petugas yang biasa mengantar dan memakamkan jenazah Covid-19. Meski terkadang ada perasaan was-was, namun semua itu dia serahkan kepada Tuhan karena niatan bekerja dan ibadah.

"Ada juga perasaan was-was dan takut, tapi saya serahkan semuanya kepada Allah. Karena ini juga kerja buat anak keluarga. Perasaan saya cuma mau menolong saja," kata Sugeng.

Sugeng yakin orang yang sudah meninggal jenazahnya itu justru lebih aman. Apalagi sebelum dimakamkan jenazah itu sudah dimasukkan ke dalam peti dan dibungkus plastik sesuai protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

"Kalau sudah dimasukkan ke dalam peti dan dibungkus plastik, Insya Allah sudah aman. Tapi kita tetap pakai APD lengkap, sepatu bot, face shield dan masker," katanya.

Pria yang tinggal di Banjar Sugihan Surabaya ini mengaku, hanya ingin berniat menolong memakamkan jenazah Covid-19 sesuai protokol yang ditetapkan. Karena itu, ia juga merasa prihatin dengan kejadian-kejadian jenazah Covid-19 yang sampai diambil paksa karena kurangnya kesadaran pihak keluarga.

"Waktu itu ada juga kejadian ojek daring, mereka datang ramai-ramai ke pemakaman, seperti mereka menantang tak takut terpapar. Kebetulan itu teman-teman saya yang bertugas, itu kami sempat jengkel sekali. Padahal niat kita kan hanya membantu keluarga mereka," ujar Sugeng.

Namun demikian, perasaan itu semua sirna ketika Sugeng sudah bertemu dengan anak dan keluarganya di rumah. Keluarga menjadi obat penghilang rasa capek dan was-was bagi dia bersama rekan-rekannya setelah memakamkan jenazah Covid-19.

Meski begitu, ia berharap, ke depan tak ada lagi warga yang meninggal karena terpapar Covid-19 dan pandemi ini bisa segera berakhir. "Kami hanya berharap masyarakat disiplin mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah," katanya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pemakaman DKRTH Surabaya Aswin Agung mengatakan petugas saat ini petugas pemakaman diwajibkan menerapkan protokol kesehatan jika sedang melaksanakan tugas di lapangan dengan tujuan agar semuanya terhindar dari Covid-19.

"Seluruh petugas kami sudah dilengkapi dengan APD (alat pelindung diri) sesuai protokol kesehatan saat menjalankan tugasnya, apapun yang menjadi penyebab kematian jenazah. Keselamatan petugas harus dijaga karena mereka juga memiliki keluarga," katanya.

Bantuan baju hazmat

Tugas berat yang dialami para petugas pemakaman di TPU Keputih Surabaya itu mengundang kepedulian dari kalangan perusahaan, instansi dan relawan kemanusiaan di Kota Pahlawan. Salah satunya dari komunitas #BergerakDariRumah yang memberikan bantuan APD berupa baju hazmat dari kepada para petugas pemakaman.

"Mereka termasuk salah satu bagian dari garda depan penanganan jenazah warga yang meninggal akibat Covid-19. Dengan semakin pesat peningkatan penderita Covid-19 maka antisipasi melindungi diri dengan APD juga harus ditambah," ujar salah satu anggota komunitas #BergerakDariRumah sekaligus CEO Mahakaam Group Opid Adisuryo ini.

Opid mengatakan TPU Keputih merupakan salah satu area pemakaman yang ditetapkan Pemkot Surabaya menjadi tempat pemakaman jenazah yang terpapar Covid-19.

Melihat perjuangan serta risiko tinggi atas penularan Covid-19 dari petugas pemakaman tersebut, maka sudah selayaknya pemerintah memberikan perhatian kepada mereka baik berupa insentif maupun bantuan lainnya. Hal ini dilakukan agar setiap elemen yang menjadi garda terdepan juga merasa aman dan nyaman ketika melakukan pengabdiannya.

Berdasarkan data paling terakhir yang diperbarui Ahad (14/6) pukul 18.00 WIB, terdapat 7.780 kasus positif Covid-19 di Jatim. Sebanyak 2.254 sudah sembuh dan 617 di antaranya meninggal dunia.

Lebih dari separuh kasus positif Covid-19 di Jatim ada di Kota Surabaya. Jumlahya mencapai 4.014 kasus positif, dengan rincian pasien sembuh 1.269, pasien dirawat 2.428, dan meninggal 317 orang.

Meski termasuk salah satu wilayah yang menduduki tiga besar provinsi dengan kasus positif tertinggi, namun tidak semua daerah di Jatim mengalami tingginya kasus Covid-19. Misalnya daerah Sidoarjo yang meski berbatasan dengan Surabaya namun jumlah kasus Covid-19 hanya seperempatnya.

Ahli Epidemiologi dan Informatika Penyakit Menular dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengakui di provinsi beribu kota di Surabaya itu mengalami pertambahan kasus Covid-19 yang cukup signifikan. Tetapi ia menegaskan kasus positif Covid-19 di Jatim tidak bisa dipukul rata terjadi di seluruh kabupaten/kota.

"Kalau di Jatim kita lihat ada beberapa kabupaten/kota (terjadi Covid-19) dan kasus paling tinggi terjadi di Surabaya. Kemudian Kabupaten Sidoarjo yang kasusnya hanya seperempat dari Surabaya," ujarnya saat konferensi pers virtual bertema 'Covid-19 dalam Angka', di akun youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Senin (15/6).

Berdasarkan data yang dilihat dan dibagi lebih kecil lagi, pihaknya membagi insidensi dibagi per 100 ribu penduduk. Pengelompokan ini disebutnya dilakukan untuk mengetahui jumlah keparahan atau trasmisi di sana.

photo
Tata cara pemakaman jenazah pasien corona atau Covid-19 - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement