REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inditex, perusahaan mode multinasional asal Spanyol yang menaungi label fashion Zara, akan menutup 1.200 toko ritelnya di seluruh dunia. Selain Zara, Inditex yang mengoperasikan lebih dari 7.000 toko di seluruh dunia ini juga menaungi merek lain, seperti Zara Home, Massimo Dutti, Bershka, Pull and Bear, dan Oysho.
Independent melaporkan pada bulan Maret, perusahaan ini mengumumkan berniat untuk menutup 3.785 toko secara global setelah pandemi virus corona menyebabkan angka penjualan di toko ritel mengalami penurunan. Tiga bulan kemudian, perusahaan ini merilis pernyataan yang menjelaskan rencananya untuk meningkatkan penjualan secara daring, namun dalam prosesnya ratusan toko ritel akan ditutup sebagai bagian dari rencana ini.
Dari 7.412 toko ritel besar yang ada di seluruh dunia, Inditex berencana untuk mempertahankan 6.900 toko. Inditex juga akan membuka 450 toko baru yang semuanya dilengkapi dengan teknologi daring untuk penjualan, sehingga menyerap 1.000 hingga 1.200 toko berukuran lebih kecil.
Kendati demikian, selama kuartal pertama 2020 antara 1 Februari hingga 30 April, penjualan Inditex turun hingga 44 persen, sementara 88 persen tokonya masih tetap tutup. Selama kuartal pertama, perusahaan mencatat kerugian bersih hingga 409 juta euro atau sekitar Rp 6,5 triliun. Di lain sisi, penjualan secara daring dikatakan Inditex mengalami peningkatan hingga 50 persen.
"Perusahaan telah memutuskan untuk membuat provisi sebesar 308 juta euro (sekira Rp 4,9 triliun) terkait dengan pelaksanaan rencana untuk meningkatkan toko daring dan lebih lanjut mengintegrasikannya dengan toko ritel," kata Inditex dalam pernyataanya.
Perusahaan itu juga menyatakan bahwa penjualan toko ritel telah pulih secara bertahap, sejak kembali di buka pada kuartal kedua "dengan pasar-pasar tertentu yang menonjol seperti China, Korea Selatan, dan Jerman," demikian laporan Independent, dikutip Senin.