REPUBLIKA.CO.ID,
Yogyakarta Gencarkan Rapid Test Acak Telusuri Potensi OTG
YOGYAKARTA -- Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta terus memperluas cakupan sasaran rapid test acak guna menemukan dan menelusuri potensi orang tanpa gejala sebagai upaya mencegah penularan virus corona. “Sekarang, kami melakukan rapid test acak dengan sasaran masyarakat umum, bisa kepala keluarganya, ibu rumah tangga hingga anak-anak, karena semuanya berpotensi terpapar,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Rabu (17/6).
Menurut Heroe, terdapat setidaknya lima kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG) yang dirawat di rumah sakit. Termasuk dua pasien yang baru saja masuk yaitu pekerja di sektor konstruksi dan keluarganya.
“Karena tidak menunjukkan gejala sakit mengarah ke Covid-19, maka pasien dari orang tanpa gejala akan sulit dideteksi. Makanya, perlu dilakukan kegiatan rapid test dengan sasaran yang lebih luas,” katanya.
Kegiatan rapid test acak dengan sasaran masyarakat umum tersebut dilakukan dengan mengundang warga untuk datang ke puskesmas yang ditunjuk. Total warga yang ditetapkan sebagai sampel sebanyak 618 orang yang berasal dari 35 kelurahan di Kota Yogyakarta. Penentuan jumlah sampel di suatu wilayah ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya jumlah kasus di wilayah tersebut dan jumlah penduduk.
“Memang ada yang merasa keberatan, tetapi lebih disebabkan karena masyarakat takut dengan jarum suntik ketika harus diambil sampel darahnya. Jika tidak berkenan, maka dilimpahkan ke masyarakat lain,” katanya.
Selain masyarakat umum, kegiatan rapid test acak juga akan dilanjutkan dengan sasaran kafe dan restoran pada pekan depan serta ke kelompok pekerja di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta yang rentan terpapar virus corona. Seperti Satpol PP dan Jogoboro (petugas keamanan di Malioboro, Red).
Sebelumnya, rapid test acak dilakukan dengan sasaran pedagang di pasar tradisional dan pekerja atau karyawan di mal. Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta juga sudah mengajukan kebutuhan mobil PCR ke BNPB untuk mempercepat proses uji swab serta pelaksanaan swab test acak ke masyarakat, namun belum mendapat jawaban.
“Salah satu konsekuensi dari banyaknya kegiatan rapid test acak maupun nanti jika kami bisa melakukan swab test acak adalah semakin banyaknya temuan kasus. Meski kami tidak berharap hal itu terjadi,” katanya.
Namun demikian, Heroe memastikan bahwa Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta sudah menyiapkan skenario terburuk penyebaran wabah virus corona di Yogyakarta. Termasuk kesiapan sarana dan prasarana kesehatan untuk penanganan kasus.
“Total kapasitas ruang isolasi di seluruh rumah sakit di Yogyakarta 45 unit dan bisa ditambah menjadi 95 unit. Kami juga masih punya dua shelter masing-masing dengan kapasitas 70 kamar dan 40 kamar,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tri Mardaya mengatakan, kegiatan rapid test acak dengan sasaran masyarakat akan dilakukan selama dua hari, yaitu 17-18 Juni di puskesmas. “Untuk kesiapan test kit, masih cukup banyak. Saat ini tersisa sekitar 3.000 unit alat tes,” katanya.
Salah satu warga yang mengikuti rapid test acak di Puskesmas Danurejan 2 Yogyakarta, Rizki Febriani (30) mengatakan bersyukur dengan kegiatan tersebut dan tidak takut dengan hasilnya. Ia mengikuti rapid test bersama suami dan anaknya yang masih berusia 19 bulan.
“Saya kira rapid test ini sangat penting. Apalagi saya bekerja sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit ibu dan anak. Meskipun tidak menangani pasien Covid-19, tetapi saya setiap hari bersinggungan dengan banyak orang,” katanya.
Dengan mengikuti rapid test, lanjut dia, apabila diketahui hasilnya reaktif maka bisa dilakukan tindakan penanganan lebih cepat sehingga tidak semakin meningkatkan risiko penularan di tengah masyarakat.