Senin 22 Jun 2020 09:08 WIB

Trump Minta Pengujian Covid-19 Jangan Terlalu Cepat

Trump minta perlambat tes Covid-19 untuk hindari statistik wabah yang terlihat buruk

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Trump minta perlambat tes Covid-19 untuk hindari statistik wabah yang terlihat buruk. Ilustrasi.
Foto: Patrick Semansky/AP
Trump minta perlambat tes Covid-19 untuk hindari statistik wabah yang terlihat buruk. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa pengujian infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) telah dilakukan kepada 25 juta orang. Jumlah ini menurutnya jauh lebih besar dibandingkan banyak negara lainnya.

Berbicara selama kampanye perdana pada Sabtu (20/6), Trump mengatakan pengujian yang semakin luas menandakan lebih banyak jumlah kasus Covid-19 dikonfirmasi. Karena itu, ia menilai akan lebih baik jika tes untuk mengetahui infeksi virus ini diperlambat terlebih dahulu yang menurutnya dapat menghindari statistik wabah yang terlihat buruk.

Baca Juga

"Saat Anda melakukan pengujian sejauh itu, Anda akan menemukan lebih banyak kasus. Karena itu saya mengatakan tolong pengujian diperlambat," ujar Trump, seperti dilansir India Today, Ahad (21/6).

Dalam kampanye perdana Trump untuk pemilihan presiden AS 2020, yang sekaligus merupakan periode keduanya, kritik telah bermunculan karena acara ini dianggap sangat berpotensi meningkatkan kasus Covid-19. Bahkan, calon kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengatakan bahwa pria berusia 74 tahun itu telah menempatkan politik di atas keselamatan dan kesehatan warga Amerika.

Trump memilih mengadakan kampanye perdana di Tulsa, meski ada kekhawatiran dari pejabat kesehatan setempat terhadap risiko penyebaran virus corona jenis baru lebih lanjut. AS telah menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbesar di dunia, dengan  2.330.578 kasus yang dikonfirmasi dan terdapat 121.980 kematian. Sementara pasien yang pulih adalah 972.941.

"Dalam momen keterlaluan ini, Trump baru saja mengakui bahwa ia menempatkan politik di atas keselamatan dan kesejahteraan ekonomi rakyat Amerika. Bahkan ketika kita baru saja mencatat jumlah tertinggi kasus Covid-19 dalam hampir dua bulan dan 20 juta orang kehilangan pekerjaan," jelas Biden dalam sebuah pernyataan.

Pada Desember 2019, virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China  Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement