REPUBLIKA.CO.ID,TULUNGAGUNG -- Seorang dokter spesialis kesehatan jiwa/kejiwaan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur ikut turun tangan melayani psikoterapi pasien positif/reaktif Covid-19 yang menjalani masa karantina di Rusunawa IAIN Tulungagung dan dilaporkan menunjukkan gejala depresi.
Menggunakan APD (alat pelindung diri) lengkap berikut baju hazmat, dokter spesialis kesehatan jiwa atau spesialis kejiwaan bernama dr. Predito Prihantono, Sp.KJ itu langsung menuju gedung Rusunawa yang menjadi lokasi karantina pasien Covid-19.
Namun dokter kejiwaan ini tidak melanjutkan masuk ke ruangan rusunawa. Ia memilih menunggu di luar, dan kemudian memutuskan melakukan konseling kejiwaan dengan empat penghuni rusunawa berusia dewasa di area taman, depan rusunawa.
"Sengaja memilih ruang terbuka, depan rusunawa. Supaya lebih leluasa melakukan konseling," kata dr. Predito saat dikonfirm awak media usai kegiatan, Senin (22/6).
Ia tak sendirian melakukan psikoterapi pasien Covid-19. Bersamanya, seorang dokter spesialis anak, dr Emi Yulianti, Sp. A ikut "turun gunung" yang khusus melakukan pemeriksaan kesehatan dan psikologis 18 pasien karantina berusia anak di bawah 18 tahun.
"Kami bersama tim, termasuk dengan dokter psikiatri dan dokter anak, melakukan kegiatan di rusunawa atas penugasan dari Gugus Covid-19 Tulungagung," kata Kasi Pelayanan Medis RSUD dr. Iskak, dr. Moch Ravi menjelaskan.
Nantinya akan ada pendampingan-pendampingan yang sudah dijadwalkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tulungagung.
Terutama dalam hal menyediakan layanan psikoterapi bagi pasien/warga yang harus menjalani karantina di Rusunawa IAIN Tulungagung.
"Kalau hasil konseling saya tadi dengan pasien, rata-rata mereka tidak ada masalah dengan karantina di Rusunawa (IAIN Tulungagung) ini. Mereka sudah pada tahap 'acceptance' (menerima). Tapi mereka justru seperti kesal dengan pola penanganan dari pemerintah yang dinilai tidak ada kepastian. Misal saat mereka diambil tes usap, dijanjikan sekian hari selesai dan ada hasil, namun pada kenyataannya tidak pernah terwujud," ucap dr. Predito.
Mereka meminta ada SOP (standar operasional procedure) yang jelas, terutama berkaitan dengan penanganan pasien Covid-19 maupun yang berstatus OTG.
Hal lain yang membuat pasien stres terkadang adalah pemberitaan di media yang terkadang dinilai vulgar sehingga membuat kegaduhan di lingkup kantor tempat kerja pasien, maupun di lingkungan tempat tinggal mereka.
Sementara itu, dr Emy Yulianti, Sp.A mengkonfirmasi 18 anak yang ikut menginap menjalani karantina Covid-19 di Rusunawa IAIN Tulungagung dalam kondisi sehat dan ceria semua.
Tidak ada satupun yang terkonfirmasi stress, murung, apalagi kehilangan gairah bermain. "Kondisi kesehatan anak-anak yang tadi menjalani pemeriksaan juga baik. Rencana pembuatan sarana bermain untuk peserta karantina Covid-19 di lingkup Rusunawa itu rasanya akan sangat baik bagi psikoterapi anak agar lebih siap lagi menghadapi masa depan," katanya.