REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ilmuwan masih penasaran mengenai sejarah Bumi dan Bulan. Terutama soal bentuk bulan yang asmetris. Sisi jauh bulan berbeda dengan sisi dekat Bulan dalam hal ketinggian, komposisi, dan ketebalan keraknya.
Menurut laporan, data baru menunjukkan, bahwa sifat asimetris ini disebabkan karena unsur-unsur radioaktif yang terdistribusi secara unik atau tidak merata setelah peristiwa pembentukan Bulan. Ilmuwan mendapatkan data ini dari kombinasi pengamatan, percobaan laboratorium dan pemodelan komputer.
Data baru ini terkait dengan zat penting yang diberi nama KREEP. KREEP adalah kependekan dari batu yang diperkaya dengan kalium (simbol kimia K), unsur-unsur tanah jarang (REE, yang mencakup serium, disprosium, erbium, europium, dan unsur-unsur lain yang langka di Bumi) dan fosfor (simbol kimia P). Zat ini dikaitkan dengan maria. Maria adalah fitur kawah atau fitur vulkanik di Bulan.
Namun mengapa KREEP ini didistribusikan secara tidak merata antara sisi dekat dan jauh dari bulan masih menjadi teka-teki. Panas dari peluruhan radioaktif unsur-unsur yang ada pada KREEP dapat melelehkan batuan tempat mereka terkandung. Karena komposisi KREEP berbeda, ini mempengaruhi ketebalan dan komposisi kerak di dua sisi bulan.
"Secara khusus, daerah di sisi dekat bulan memiliki konsentrasi unsur radioaktif seperti U dan Th tidak seperti di tempat lain di bulan. Memahami asal dari pengayaan U dan Th lokal ini dapat membantu menjelaskan tahap awal pembentukan bulan dan, sebagai konsekuensinya, kondisi di Bumi awal," kata Laneuville.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa maria yang diperkaya dengan KREEP bulan telah memengaruhi evolusi bulan sejak bentuk bulan. Laneuville berpendapat bukti untuk jenis-jenis proses yang tidak simetris, mungkin ada di mana-mana pada benda-benda berbatu di seluruh alam semesta.