REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, belum bisa melakukan penanganan jembatan terputus yang menghubungkan antara Desa Sindangasih dan Desa Cayur di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, akibat diterjang banjir bandang pada Jumat (19/6). Alhasil, warga yang ingin melintas harus memutar ke jalan yang lebih jauh. Namun, tak sedikit warga yang memaksa menyeberangi Sungai Cimedang dengan menggunakan rakit.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Irwan mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk meminjam jembatan bailey untuk akses sementara warga. Sebab, untuk membuat jembatan permanen akan memakan waktu yang lama.
"Sekarang lagi diusahakan (jembatan bailey). Mudah-mudahan dapat secepatnya," kata dia, saat dihubungi Republika, Rabu (24/6).
Irwan mengatakan, jembatan itu terputus setelah diterjang banjir bandang yang terjadi di Sungai Cimedang, pada Jumat lalu. Menurut dia, putusnya jembatan itu membuat akses warga terhambat.
Menurut dia, warga harus memutar jauh untuk menuju desa lainnya. Sementara itu, terdapat warga yang memaksa menggunakan rakit dengan tali untuk melintasi Sungai Cimedang.
"Tapi, Kalau kondisi begini kan bahaya juga karena intensitas hujan masih tinggi," kata dia.
Camat Cikatomas Maman Rahman Effendi mengatakan, akibat jembatan yang berdiri di atas Sungai Cimedang itu terputus, warga tak bisa lagi befaktivitas seperti biasa. Warga yang ingin pergi ke pusat Kecamatan Cikatomas harus memutar melalui jalur lain yang lebih jauh.
Dia mengakui, terdapat tiga jalur alternatif yang dapat dilalui warga. Pertama, warga harus berputar melalui Kecamatan Salopa dan mesti menempuh jarak sekira 10 kilometer lebih jauh. Jalur alternatif lain melalui Kecamatan Pancatengah dengan jarak 15 kilometer lebih jauh.
"Alternatif ketiga harus lewat Pangandaran dan itu lebih jauh lagi. Akibatnya ongkos bensin semakin meningkat," kata dia.
Akibat jauhnya jalur alternatif itu, sebagian warga ada yang memaksa menggunakan rakit untuk menyeberangi Sungai Cimedang. Padahal, itu sangat berisiko lantaran hujan dengan insensitas tinggi masih terus terjadi.
Karena itu, Maman berharap, pemerintah dapat segera memperbaiki jembatan yang terputus itu. "Kasihan masyarakat kalau seperti ini terus," kata dia.
Jembatan putus itu bukan satu-satunya bencana yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya selama sepekan. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Tasikmalaya, sejak Kamis (18/6) terjadi bencana di 79 titik di 14 Kecamatan. Sebanyak 72 titik terjadi tanah longsor, pergerakan tanah di dua titik, banjir di tiga titik, satu kejadian puting beliung, dan satu jembatan putus.