REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid -19, Doni Monardo menanggapi pernyataan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa yang mengungkapkan adanya klaster baru penyebaran Covid-19, yakni klaster jenazah. Doni mengusulkan agar Pemprov Jatim melakukan langkah pendekatan kepada keluarga, ketika ada pasien terpapar Covid-19 yang meninggal dunia.
"Perlu ada langkah untuk memutus mata rantai, perlu ada upaya maksimal. Setiap ada pasien yang sudah berisiko tinggi, maka perlu ada pendekatan ke keluarganya sehingga mereka tidak gegabah ambil alih jenazah yang akan timbul kasus baru," kata Doni di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (24/6).
Doni mengatakan, perlu ada sosialisasi dan pemahaman kepada pihak keluarga agar tidak gegabah melakukan pemulasaraan jenazah Covid-19, dengan mengabaikan protokol yang telah ditetapkan. Karena, kata dia, jika dalam keluarga tersebut ada yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan akan sangat berbahaya.
"Ini mungkin perlu dilakukan sosialisasi dengan tokoh agama, MUI dan berbagai kalangan di Jatim agar peristiwa pengambilan jenazah tidak terulang," ujar Doni.
Doni memgingatkan, perkembangan pasien positif Covid-19 di Jatim terus meningkat. Di mana saat ini jumlah pasien positif Covid-19 di Jatim, sudah mendekati jumlah pasien Covid-19 di Jakarta. Bahkan, kata dia, untuk angka kematian, sudah melebihi kasus di Jakarta. Menurutnya, perlu dilakukan kajian, apa penyebab utamanya.
"Angka kematian sudah melewati Jakarta dan kasus positif pun mungkin sebentar lagi melampaui Jakarta. Sekarang saja sudah hampir sama angkanya. Perlu dilakukan kajian, penyebab utamanya apa," kata Doni.
Pemerintah merilis data penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.113 kasus pada Rabu (24/6) pukul 12.00 WIB, sehingga total kasus positif Covid-19 di Indonesia keseluruhan berjumlah 49.009 orang. Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, penambahan masih didominasi lima provinsi yang terbanyak melaporkan kasus positif Covid-19.
Pertama, Jawa Timur dengan penambahan 183 kasus baru, kemudian DKI Jakarta 157 kasus, Sulawesi Selatan 132 kasus, Maluku Utara dengan 95 kasus, dan Kalimantan Selatan dengan 90 kasus.
Ia mengatakan, masih tingginya penambahan kasus beberapa pekan terakhir karena lantaran pelacakan kontak atau tracing yang agresif dari pasien Covid-19. Namun demikian, ia mengingatkan masih tingginya kasus juga menunjukan masih ada sumber penularan di masyarakat.
"Adanya kasus positif dan yang tidak memiliki gejala signifikan yang membuat merasa aman dan sehat, ini yang tidak disadari dan masih dan kelompok rentan yang tidak mematuhi protokol kesehatan," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (24/6).