Jumat 26 Jun 2020 13:59 WIB

Sikapi Hagia Sophia, Komunitas Katolik Dunia Terpecah

Komunitas Katolik menanggapi beragam rencana Turki mengubah Hagia Sophia jadi masjid.

Rep: Teguh Firmansyah/Nur Aini/ Red: Elba Damhuri
Suara adzan kembali berkumandang pada Jumat (1/7) kemarin dari dalam bangunan Hagia Sophia untuk pertama kalinya sejak 85 tahun.
Foto: hurriyet daily news
Suara adzan kembali berkumandang pada Jumat (1/7) kemarin dari dalam bangunan Hagia Sophia untuk pertama kalinya sejak 85 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Komunitas Katolik dunia berbeda pandangan, baik pro maupun kontra, atas rencana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid dari museum. Ada komunitas yang menolak perubahan fungsi Hagia Sophia yang selama ini menjadi museum. Namun, ada kelompok Katolik yang menyilakan pemerintahan Erdogan mengubah fungsi Hagia Sophia karena hak dan wewenang itu memang ada di tangan mereka.

Gereja Ortodoks Rusia menyampaikan penentangan terhadap usulan mengubah bangunan bersejarah di Turki itu. Mereka menyatakan langkah tersebut dapat memicu ketegangan antaragama. 

"Setiap upaya mengubah status museum Katedral Hagia Sophia akan mengarah pada perubahan dan pelanggaran keseimbangan antaragama yang rapuh," kata kepala Hubungan Gereja Eksternal di Gereja Ortodoks Rusia, Metropolitan Hilarion, seperti dikutip Orthodox Times, dilansir di Al-Araby, Kamis (11/6).

Hilarion menyuarakan keprihatinan transformasi Hagia Sophia menjadi masjid berarti akan membatasi akses untuk pengunjung dari agama lain. Ia menegaskan, Hagia Sophia harus tetap menjadi museum.

"Gereja ini adalah simbol Bizantium dan simbol Ortodoksi jutaan orang Kristen di seluruh dunia, terutama bagi para penganut Ortodoks," ujarnya.

Kalangan sayap-kanan Turki sejak lama telah mendiskusikan mengubah Museum Hagia Sophia menjadi sebuah masjid. Awalnya, bangunan itu memang dibangun sebagai gereja oleh kekaisaran Bizantium.

Gereja Ortodoks Yunani paling menentang dan keberatan atas rencana konversi itu. Uskup Agung Katolik Roma Yunani mengirim pesan kepada Presiden Erdoğan bahwa ia meminta agar status Hagia Sophia tetap seperti ini, sebagai museum. Gereja Ortodoks Yunani mengingatkan bahwa Hagia Sophia memiliki nilai universal. Mereka juga meminta Turki berhati-hati mengubah Hagia Sophia. 

Kelompok Katolik ini mengkritik keras pernyataan konsensus beberapa perwakilan komunitas Katolik yang mendukung konversi Hagia Sophia menjadi masjid. Ortodoks Yunani meminta Pemerintah Turki menunjukkan rasa hormat terhadap karakter monumen dan mempertahankannya sebagai museum. "Karena sejak dibangun katedral ini diperuntukkan sebagai tempat ibadat gerejawi," kata kelompok Ortodoks Yunani.

Hagia Sophia yang artinya 'Kebijaksanaan Dewa Suci' didirikan oleh Kaisar Kristen Justinian dan diresmikan pada 27 Desember 537 Masehi. Ortodoks Yunani menegaskan Hagia Sophia merupakan mahakarya arsitektur jenius dan terkenal di dunia sebagai monumen budaya Kristen yang unggul. 

 

Kembalikan Hagia Sophia Sebagai Tempat Ibadah

Berbeda dengan gereja Ortodoks Yunani dan Rusia, Patriarki Armenia Turki, Patrik Sahak II, menyatakan sikap setuju atas transformasi ulang Hagia Sofia menjadi tempat ibadah. Ia menyuarakan dukungannya untuk proposal mengubah fungsi Hagia Sopia. "Hagia Sophia harus dibuka untuk beribadah," katanya sambil menyarankan ruang untuk orang Kristen.

"Biarkan dunia memuji kedamaian dan kedewasaan agama kita. Semoga Hagia Sophia menjadi simbol kedamaian umat manusia di zaman kita," katanya dikutip Daily Sabah, Ahad.

Sahak menyatakan umat manusia berdoa untuk persatuan. Dengan demikian, dia menyarankan untuk berbagi kubah Hagia Sophia. "Meskipun kepercayaan kita berbeda, bukankah kita percaya pada Tuhan yang sama? Karena itu, bagus jika ada ruang untuk umat Kristen berdoa di sana," kata dia.

Hagia Sophia, menurut dia, tidak akan bermasalah sebab telah menjadi tempat ibadah bagi umat Kristen selama seribu tahun dan 500 lainnya untuk umat Islam. 

Dia menekankan tujuan pembangunan Hagia Sophia bukan untuk museum, melainkan untuk tempat ibadah. "Jadi, kembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai tempat ibadah, Muslim dan Kristen," kata Sahak.

Uskup Katolik di Turki menyatakan status Hagia Sophia adalah masalah Turki.Karena itulah, merekalah yang menentukan semuanya. "Meskipun kami ingin Hagia Sophia tetap menjadi museum, itu tidak tergantung kami untuk mengintervensi atau bahkan menyatakan pendapat kami tentang keputusan yang secara eksklusif berada di tangan Pemerintah Republik Turki," kata sekelompok uskup Katolik di Turki, beberapa waktu lalu. 

Tokoh-tokoh Katolik Roma juga menyatakan Pemerintah Turki punya kedaulatan untuk menentukan eksistensi Hagia Sophia. Mereka tidak akan mengintervensi rencana-rencana Turki terhadap bangunan eksotis bersejarah itu.

BACA JUGA: Uskup Katolik: Hagia Sophia Sepenuhnya Hak dan Wewenang Turki

BACA JUGA: Ikuti Isu-Isu Internasional dan Timur Tengah Perspektif Republika di Tautan Ini

 

 

sumber : Anadolu Agency/Huriyyet/Ahvalnews/OrthodoxTimes
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement