Selasa 30 Jun 2020 07:13 WIB

Mesir Imbau Pasangan Tunda Kehamilan untuk Cegah Covid-19

Ibu hamil dinilai rentan tertular Covid-19 karena imun menurun.

Rep: Mabruroh/ Red: Nur Aini
Petugas kesehatan mencuci tangan dengan sanitizer sebelum menangani pasien di Rumah Sakit Lapangan pasien covid-19 Ain Shams di Kairo, Mesir, Senin (15/6).
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Petugas kesehatan mencuci tangan dengan sanitizer sebelum menangani pasien di Rumah Sakit Lapangan pasien covid-19 Ain Shams di Kairo, Mesir, Senin (15/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kementerian Kesehatan Mesir mengimbau pasangan suami istri untuk menunda kehamilan selama pandemi Covid-19. Menurutnya, program penundaan kehamilan merupakan suatu keharusan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Berdasarkan penemuan baru, virus dapat memasuki gumpalan darah sehingga dapat mempengaruhi plasenta dan nutrisi janin. Pernyataan itu menyatakan bahwa kehamilan dapat menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh secara tidak langsung, sehingga membuat perempuan hamil rentan terhadap virus.

Baca Juga

"Alat kontrasepsi dapat digunakan sementara waktu untuk mencegah kehamilan," kata Kementerian dalam pernyataan dilansir dari Arab News, Selasa (30/6).

Kementerian juga menggarisbawahi pentingnya para perempuan untuk tetap aktif, santai, dan beristirahat selama kehamilan. Jalan-jalan memang dianggap sebagai bentuk latihan terbaik untuk perempuan hamil, tetapi selama penyebaran virus corona, tidak direkomendasikan dan hanya boleh meninggalkan rumah kecuali untuk keperluan penting.

Kementerian menjelaskan bahwa unit kesehatan menyediakan berbagai metode pengendalian kelahiran, termasuk kapsul Implanon, metode jangka panjang yang berlangsung selama tiga tahun. Kapsul dapat ditanamkan dengan mudah dan tanpa prosedur bedah oleh dokter spesialis dalam waktu kurang dari tiga menit. Kementerian menegaskan bahwa kapsul itu cocok untuk sebagian besar perempuan serta ibu menyusui, dan dijual seharga lima pound Mesir atau Rp 4.400.

Dokter Mesir Zainab Abdel-Meguid mendukung dan membenarkan imbauan Kementerian Kesehatan untuk menunda kehamilan. Tetapi, kata dia, seharusnya imbauan itu dikeluarkan sebelumnya virus tersebut menyebar luas di Mesir.

Pegawai pemerintah Wagida Abdel-Latif mengatakan bahwa pengumuman pemerintah itu penting karena sistem perawatan kesehatan Mesir yang sudah kewalahan dan ketidakmampuannya mengakomodasi pasien yang menderita virus corona.

Mervat Abdel-Karim, tidak setuju dengan keputusan Kementerian Kesehatan. Pasalnya ia baru saja menikah dan ingin segera menjadi seorang ibu begitu juga dengan suaminya yang ingin segera menjadi seorang ayah.

Ibu rumah tangga, Gamila Saeed selama 14 tahun belum dikaruniahi anak. Sekarang ia tengah mengandung dan mengaku sangat khawatir dan tidak ingin kehilangan janinnya apalagi karena virus.

Direktur Rumah Sakit Al-Sinbillawain, Mohamed El-Surugi, menjelaskan bahwa wanita hamil yang terinfeksi Covid-19 harus dalam perawatan intensif. Bahkan jika kondisi pasien stabil, mereka tetap dalam pemantauan apalagi jika pasien mendekati tanggal melahirkan.

El-Surugi mengatakan bahwa persalinan seharusnya dilakukan dengan operasi caesar karena kondisi calon ibu dan janin. Tetapi tidak sedikit juga pasien merasakan mules sebelum operasi caesar yang dijadwalkan, sehingga tim medis melakukan operasi lebih awal dari yang diharapkan.

Sebelum melahirkan, tes diambil dari perempuan tersebut untuk menguji virus. Selama operasi, langkah-langkah pencegahan pun diambil untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement