Selasa 30 Jun 2020 13:30 WIB

Tips Aman Bersepeda Selama Pandemi

Saat bersepeda dianjurkan tidak dilakukan berlebihan dengan intensitas tinggi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga mengayuh sepedanya saat melintas di jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (30/6/2020). Untuk menyikapi maraknya penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi oleh masyarakat, Kementerian Perhubungan menyiapkan regulasi terkait keselamatan pesepeda yang meliputi pemantul cahaya bagi pesepeda, jalur sepeda, serta penggunaan alat keselamatan.
Foto: ANTARA/NOVA WAHYUDI
Warga mengayuh sepedanya saat melintas di jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (30/6/2020). Untuk menyikapi maraknya penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi oleh masyarakat, Kementerian Perhubungan menyiapkan regulasi terkait keselamatan pesepeda yang meliputi pemantul cahaya bagi pesepeda, jalur sepeda, serta penggunaan alat keselamatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Belakangan aktivitas bersepeda di ruang publik banyak dilakukan masyarakat. Padahal, kondisi Tanah Air sendiri sampai hari ini masih berada di tengah-tengah pandemi, dan kasus Covid-19 belum menunjukkan penurunan.

Pakar Kedokteran Olah Raga dan Dosen FKKMK UGM  Zaenal Muttaqin Sofro mengatakan, olah raga fisik memang bermanfaat untuk menjaga kesehatan, kebugaran dan sistem imun tubuh. Termasuk, yang dilakukan dengan bersepeda.

Baca Juga

"Bersepeda di luar rumah itu sifatnya rekreasi, menimbulkan rasa gembira, sehingga bisa meningkatkan kekebalan tubuh," kata Zaenal, Senin (29/6).

Agar bersepeda di luar rumah tetap aman dari paparan virus corona, Zaenal menekankan masyarakat selalu menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan. Dengan begitu, dapat meminimalisasi risiko penularan Covid-19.

Saat bersepeda, masyarakat diharap tetap memakai masker dan intensitasnya ringan. Sebab, saat olah raga dilakukan berat, pasokan oksigen dalam tubuh menurun. Ditambah penggunaan masker mengurangi masuknya oksigen ke paru-paru.

Olah raga intensitas berat yang berkelanjutan dapat menimbulkan hypoxia atau kekurangan oksigen jaringan. Itu bisa memperlambat kerja jantung dan saluran nafas terjepit, tidak jarang mengakibatkan kematian mendadak saat olah raga.

"Bersepeda di luar rumah kan tujuannya rekreasi untuk senang-senang, lakukan dalam intensitas ringan saja. Kalau saat bersepeda bicara sudah tidak jelas atau tersendat tandanya intensitasnya berat dan ini berbahaya," ujar Zaenal.

Selanjutnya, lengkapi diri dengan alat pelindung seperti helm untuk keselamatan saat bersepeda. Tetap jaga jarak antar pesepeda sekitar enam meter untuk hindari risiko penularan dan menjaga keselamatan ketika bersepeda di jalan-jalan.

Pesepeda diharapkan membawa minuman sendiri untuk menjaga kecukupan asupan cairan. Selain itu, dengan menyiapkan minum sendiri harapannya pesepeda tidak mampir di warung untuk membeli minuman yang bisa biresiko terjadi penularan.

"Saat bersepeda jangan berjajar-jajar karena berbahaya. Lalu, pilihlah jalan yang sepi atau aman dari kendaraan bermotor," kata Zaenal.

Zaenal menekankan, dengan patuhi langkah-langkah itu bersepeda di luar rumah diharapkan bisa berlangsung aman sekaligus meningkatkan imunitas. Namun, ia menyarankan masyarakat bersepeda statis di dalam rumah karena lebih aman.

Badan tetap bugar saat jalankan aktivitas sehari-hari karena dilakukan dengan kecepatan mengayuh tetap (50 rpm), beban disesuaikan intensitas sedang (60-80 persen), denyut nadi maksimum (220-usia). Libatkan otot besar, bersifat ritmis, dan berkelanjutan.

Namun, saat bersepeda dianjurkan tidak dilakukan berlebihan dengan intensitas tinggi. Harus mengacu FITT principle yakni frequency, intensity, time, and type. Sepeda sebaiknya dilakukan 3-5 kali per pekan, intensitas sedang dan durasi 30-45 menit.

"Bersepeda di luar rumah bisa dilakukan dengan konsisten mematuhi protokol kesehatan, tapi saat pandemi ini lebih baik dengan bersepeda dengan sepeda statis dulu," ujar Zaenal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement