Rabu 01 Jul 2020 13:57 WIB

Pertarungan Facebook Versus Pengiklan Besar

Facebook telah kehilangan iklan dari 400 merek terkenal.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
pemandangan ikon Facebook yang diacungi jempol
Foto: EPA-EFE/JOHN G. MABANGLO
pemandangan ikon Facebook yang diacungi jempol

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Facebook kehilangan iklan 400 merek terkenal seperti Coca-cola dan Starbuck. Hal ini setelah perundingan untuk menghentikan boikot iklan atas ujaran kebencian berakhir dengan kegagalan.

Organisasi hak sipil Amerika Serikat (AS) meminta perusahaan-perusahaan multinasional membantu menekan Facebook mengambil aksi nyata dalam menghilangkan ujaran kebencian di teknologi mereka. Gerakan ini dilakukan setelah gelombang protes anti rasialisme yang dipicu kematian George Floyd menyebar di seluruh dunia.

Baca Juga

Tiga orang sumber mengatakan eksekutif-eksekutif Facebook seperi wakil presiden solusi bisnis global Carolyn Everson dan direktur kebijakan publik Neil Potts menggelar setidaknya dua rapat dengan para pengiklan satu hari sebelum boikot tiga bulan dimulai.

Para sumber yang mengikuti rapat-rapat tersebut mengatakan para eksekutif Facebook tidak menawarkan bagaimana mereka mengatasi ujaran kebencian. Mereka justru kembali menjabarkan rencana yang disampai melalui siaran pers yang baru-baru ini dikeluarkan. Para pengiklan pun frustasi karena mereka yakin rencana tersebut tidak cukup ampuh. 

"Pada dasarnya tidak bergerak," kata salah satu sumber seorang eksekutif agensi periklanan besar, Rabu (1/7).

Salah seorang jurubicara Facebook mengatakan Chief Executive Officer Facebook Mark Zuckerberg sudah setuju untuk menemui penyelenggara boikot. Organisasi-organisasi hak sipil AS antara lain Anti-Defamation League, NAACP dan Color of Change mulai kampanye 'Stop Hate for Profit' setelah kematian Flyod, seorang laki-laki kulit hitam yang tewas dicekik polisi kulit putih.

Organisasi-organisasi itu membuat 10 tuntutan terhadap Facebook. Salah satunya mengizinkan orang yang mengalami pelecehan parah di Facebook dapat berbicara dengan pegawai mereka dan mendapatkan kompensasi dari iklan yang muncul di sebelah konten pelecehannya sebelum konten itu dihapus.

Pada awal pekan ini Facebook mengatakan akan menyerahkan audit kontrol ujaran kebencian di platform mereka. Rencana tambahan untuk melebelkan konten berita yang melanggar kebijakan perusahaan media sosial itu. Mereka mengikuti langkah yang sudah dipraktekan Twitter sebelumnya. 

Salah satu eksekutif agensi periklanan yang mengikuti rapat dengan pejabat-pejabat Facebook mengatakan medsos itu berulang kali menyebutkan audit tersebut. Tapi tidak mengungkapkan rencana tambahan.

Dua orang yang mengikuti pengarahan mengatakan eksekutif-eksekutif Facebook telah menghubungi CEO, anggota dewan dan chief marketing officers pengiklan-pengiklan besar agar mereka bersedia keluar dari boikot tersebut. Semua sumber tidak menyebutkan nama mereka karena tidak memiliki wewenang menyampaikan informasi ini ke media.

Salah seorang eksekutif agensi periklanan mengatakan boikot ini akan menjadi ujian untuk para pengiklan. Bagaimana mereka bisa terhubung dengan jutaan orang tanpa media sosial terbesar di dunia.

Perusahan-perusahaan itu menayangkan iklan di Facebook lebih untuk mempromosikan merek dagang mereka dibandingkan untuk penjualan langsung. Eksekutif agensi periklanan itu mengatakan dengan bergabung dengan boikot itu perusahaan-perusahaan tersebut akan mulai mencari cara untuk meraih tujuan yang sama tapi tanpa Facebook.

Bagi Facebook sendiri boikot ini tampaknya sudah berdampak buruk. Mengutip data perusahaan analisis periklanan Pathmatics, perusahaan konsultan finansial Morningstar mengatakan pada 2019 lalu 100 merek terbesar di Facebook hanya menyumbang 6 persen dari total pendapatan perusahaan itu yang sebesar 70 miliar dolar per tahun.

Sementara tahun lalu Facebook mengaku 100 pengiklan terbesarnya menyumbang lebih dari 20 persen dari total pendapatan mereka. Berita boikot ini menghancurkan kapitalisasi pasar Facebook sebesar 56 miliar dolar.

Setelah saham mereka turun 8 persen pada Jumat (26/6) pekan lalu. Tapi pada Selasa (30/6) saham mereka pulih 3 persen dan diperdagangkan 8 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu di periode yang sama. Linta

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement