Kamis 02 Jul 2020 05:17 WIB

Sebuah Bintang Masif Tiba-Tiba Hilang

Bintang terdeteksi pada 2001-2011, saat diamati 2019 tak ada tanda-tanda bintang itu.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Bintang. Ilustrasi
Foto: Google
Bintang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bintang masif yang tidak stabil di galaksi Kinman Dwarf telah menghilang. Bintang ini terletak 75 tahun cahaya dari Bumi. Meski demikian, para ilmuwan belum mengetahui bagaimana ini terjadi.

“Akan sangat luar biasa bagi bintang sebesar ini menghilang tanpa menghasilkan ledakan supernova yang cerah,” ujar ketua peneliti Andrew Allan, seorang mahasiswa doctoral Trinity College Dublin di Irlandia dalam sebuah rilis berita, seperti dilansir UPI, Rabu (1/7).

Baca Juga

Bintang tersebut kemungkinan redup sebelum dikaburkan oleh debu intergalaksi yang tebal. Tetapi, para ilmuwan berpendapat bahwa bintang itu juga mungkin mati dengan kematian yang luar biasa tenang.

“Kami mungkin telah mendeteksi salah satu bintang paling masif dari Semesta lokal yang memasuki malam dengan lembut. Penemuan kami tidak akan dilakukan tanpa menggunakan teleskop ESO 8-meter yang kuat, instrumentasi mereka yang unik, dan akses cepat ke kapabilitas-kapabilitas tersebut menyusul kesepakatan Irlandia baru-baru ini untuk bergabung dengan ESO,”  jelas Jose Groh, seorang astronom di Trinity College Dublin.

Bagaimana bintang ini diketahui hilang?

Para astronom dalam rentang waktu tahun 2001 dan 2011 mendeteksi tanda-tanda bintang masif yang tidak stabil pada tahap akhir evolusi. Pada 2019, ketika para astronom di Very Large Telescope European Southern Observatory (ESO) dan Instrumen ESPRESSO berfokus pada galaksi yang jauh, mereka tidak menemukan tanda-tanda bintang masif ini.

Pengamatan awal bintang menunjukkan itu adalah bintang variabel biru bercahaya berukuran sekitar 2,5 juta kali lebih terang dari matahari yang paling terang.  Bintang variabel biru bercahaya diketahui berfluktuasi secara dramatis dalam luminositasnya.

Ketika mereka redup, bintang-bintang tersebut menghasilkan tanda tangan spektrografi yang dapat diidentifikasi oleh para astronom. Namun, tidak ada tanda tangan seperti itu ditemukan dalam pengamatan VLT 2019.

Bagaimana nasib bintang ini?

Untuk menentukan kemungkinan nasib bintang masif itu, para ilmuwan kembali ke data yang dikumpulkan oleh instrumen UVES dari Very Large Telescope (VLT) antara 2002 dan 2009.  Andrea Mehner, staf astronom di ESO mengatakan perbandingan spektra UVES resolusi tinggi 2002 dengan pengamatan diperoleh pada 2019 dengan spektrograf, resolusi tinggi terbaru ESO ESPRESSO secara khusus mengungkapkan, baik dari sudut pandang astronomi dan instrumentasi.

Data menunjukkan bintang masif itu bersinar secara dramatis selama periode pengamatan awal. Bintang variabel biru bercahaya, setelah menumpahkan massa dalam jumlah besar selama ledakan.

Ada kemungkinan, bintang masif itu kemudian menjadi versi yang jauh lebih terang dari dirinya sendiri setelah periode ledakan. Sementara, jika cukup redup diperkirakan telah dengan mudah dikaburkan oleh debu.

"Atau bisa runtuh ke lubang hitam besar tanpa produksi supernova yang cerah," tulis para peneliti dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

Untuk memecahkan misteri kosmik, para ilmuwan mungkin harus menunggu sampai generasi teleskop baru yang kuat muncul. Seperti Teleskop Extremely Large ESO (ELT), yang akan diluncurkan pada 2025. ELT akan mampu mencitrakan masing-masing bintang di galaksi yang jauh seperti Dwarf Kinman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement