REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nabi Muhammad SAW seorang ummi yang oleh penafsir diartikannya sebagai tidak pandai membaca dan menulis. Ini sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat al-A’raf ayat 157-158
Namun, apakah benar Rasululullah tidak pandai membaca? Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
“Dan engkau tidak pernah membaca sebelumnya (Alquran) suatu kitab pun dan engkau tidak pernah menulisnya dengan tangan kananmu. Andaikata engkau pernah membaca dan menulisnya, nisacaya bernar-benar ragulah orang yang mengingkarimu.” (QS al-Ankabut [29]: 48).
Dalam buku “M Quraish Shihab Menjawab” dijelaskan, Alquran memang menguraikan sekian banyak persoalan yang tidk diketahui manusia. Menurut Quraish, seandainya Nabi Muhammad pandai membaca, maka akan ada yang berkata bahwa apa yang beliau sampaikan itu adalah hasil bacaannya.
M Quraish menuturkan, dahulu alat tulis menulis memang sangat langka dan budaya tuli juga rendah. Karenanya, masyarakat ketika itu sangat mengandalkan hafalan.
Bahkan, seorang penyair bernama Zurrummah yang dipergoki temannya sedang menulis, dan kemudian dia meminta agar dirahasiakan.
Menurut Quraish, penyair tersebut meminta dirahasiakan lantaran kemampuan menulis saat itu dapat menjadi bukti kelemahan hafalan seseorang. Dan kelemahan hafalan menjadikan seseorang tidak mampu merekam banyak pengetahuan, termasuk syair-syair para penyair.
Hal ini berbeda dengan zaman sekarang, di mana kemampuan menghafal tidak terlalu diandalkan. Orang yang tidak memiliki hafalan yang andal juga tidak dianggap aib. Karena, referensi buku dan alat-alat perekam sudah banyak tersedia.
M Quraish mengatakan, memang ada ulama yang menyatakan bahwa pada mulanya Nabi Muhammad tidak pandai membaca dan menulis. Namun, setelah kebenaran Alquran terbukti, beliau akhirnya dapat juga membaca dan menulis.