REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertahanan (Kemenhan) saat ini masih fokus untuk membackup program-program penanganan pandemi Covid-19 di tanah air. Selain itu, Kemenhan juga mengantisipasi ancaman senjata biologi di masa mendatang.
"Kemhan dengan jangka panjang misalnya sudah mempersiapkan ada ancaman serius, seperti ancaman kesehatan, ancaman biologi. Makanya, Universitas Pertahanan (Unhan) sekarang mulai membuka program S-1 untuk kedokteran, kimia, biologi, dan lainnya," kata Juru bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak, dalam diskusi virtual bertema "Strategi Dibalik Kebijakan Alokasi Anggaran Pertahanan", di Jakarta, Selasa (7/7).
Untuk menjawab ancaman-ancaman masa depan, Indonesia membutuhkan para ahli di bidang kesehatan, dokter, para ahli kimia, dan biologi. "Kita juga punya 110 rumah sakit TNI yang direvitalisasi oleh Kemhan untuk bisa membantu menangani virus-virus seperti COVID-19 di seluruh Indonesia," kata Dahnil.
Alokasi anggaran pertahanan saat ini, kata dia, banyak dialokasikan untuk membantu penanganan Covid-19. "Kalau di lapangan banyak TNI yang dilibatkan dalam penanganan Covid-19. Di rumah sakit darurat Wisma Atlet, prajurit TNI yang back up. Termasuk Rumah Sakit Soeyoto menjadi rumah sakit khusus Covid-19. Jadi, sebagian besar energi digunakan untuk membackup penanganan Covid-19," jelas Dahnil.
Meski alokasi anggaran pertahanan difokuskan pada penanganan Covid-19, Kemenhan tetap berusaha untuk belanja alutsista yang memang penting atau "urgent" harus disediakan karena sesuai dengan rencana yang telah dibuat. "Tapi, tentu memperhatikan banyak hal," kata Dahnil tanpa menyebutkan alutsista apa yang akan dibeli.