Kamis 09 Jul 2020 18:50 WIB

BPPTKG: Deformasi Gunung Merapi Belum Ubah Jarak Bahaya

BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada

Puncak Gunung Merapi yang diselimuti awan terlihat dari Bronggang, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (9/7/2020). Menurut data pengamatan Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terjadi peningkatan deformasi atau perubahan bentuk tubuh gunung sebesar 0,5 cm per hari dan pergerakan magma Gunung Merapi. BPPTKG selanjutnya mengimbau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY untuk mensosialisasikan kesiapsiagaan menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.
Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
Puncak Gunung Merapi yang diselimuti awan terlihat dari Bronggang, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (9/7/2020). Menurut data pengamatan Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terjadi peningkatan deformasi atau perubahan bentuk tubuh gunung sebesar 0,5 cm per hari dan pergerakan magma Gunung Merapi. BPPTKG selanjutnya mengimbau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY untuk mensosialisasikan kesiapsiagaan menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyebutkan deformasi atau perubahan bentuk tubuh Gunung Merapi yang terjadi saat ini, belum mengubah jarak bahaya yang ditetapkan sebelumnya.

"Rekomendasi jarak bahaya masih sama, yaitu dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Kamis (9/7).

Selain itu, kata dia, potensi ancaman bahaya juga masih sama, yakni berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material akibat erupsi eksplosif.

BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada. "Hingga hari ini, potensi ancaman bahaya masih di bukaan kawah utama, yaitu di sektor tenggara-selatan (Kali Gendol)," kata dia.

Hanik menjelaskan deformasi berupa penggembungan (inflasi) bentuk Gunung Merapi ditunjukkan dengan adanya pemendekan jarak tunjam dua centimeter dalam kurun satu pekan berdasarkan periode pengamatan 26 Juni-2 Juli 2020.

Pemendekan jarak tunjam itu diukur dengan alat pemantau aktivitas gunung api berupa "electronic distance measurement (EDM)" yang dioperasikan setiap hari di 10 titik pengukuran sekeliling Merapi, termasuk dari pos-pos pengamatan.

"Deformasi kurang lebih dua centimeter ini masih kecil dibandingkan dengan deformasi sebelum erupsi tahun 2010," kata dia.

Ia mengatakan jika dihitung sejak 22 Juni hingga 8 Juli 2020, laju deformasi Gunung Merapi kurang lebih 0,5 centimeter per hari.

"Untuk total deformasi sejak tanggal 22 Juni 2020 hingga saat ini sebesar kurang lebih tujuh centimeter," kata Hanik.

Menurut dia, deformasi yang terjadi di tubuh gunung merupakan salah satu tanda adanya magma yang naik ke permukaan.

Namun demikian, ia meminta masyarakat tidak perlu panik karena naik atau keluarnya magma ke permukaan merupakan hal yang biasa terjadi di gunung api aktif.

Ia mengatakan perilaku deformasi Gunung Merapi saat ini lebih mengikuti perilaku deformasi menjelang erupsi 2006. Demikian juga perilaku erupsi nantinya diperkirakan akan mengikuti perilaku erupsi 2006.

"Satu bulan menjelang erupsi 2006, deformasi terukur sebesar 130 centimeter dari Pos Kaliurang (sektor selatan), dan 20 centimeter dari Pos Babadan (sektor barat laut)," kata Hanik Humaida.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement