Jumat 10 Jul 2020 22:00 WIB

Dua Penumpang KRL Positif Covid-19, Ini Kata Bima Arya

Stasiun masih berpotensi besar untuk menjadi tempat persebaran Covid-19.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat Ridwan Kamil (kedua kiri) berbincang dengan Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) didalam gerbong KRL Commuter Line saat memantau pelaksanaan rapid test massal di Stasiun Bogor.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat Ridwan Kamil (kedua kiri) berbincang dengan Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) didalam gerbong KRL Commuter Line saat memantau pelaksanaan rapid test massal di Stasiun Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dua penumpang kereta rel listrik (KRL) warga Kota Bogor yang bekerja di DKI Jakarta dinyatakan positif Covid-19. Hasil itu, berasal dari 155 sampel swab yang telah dilakukan pada Selasa (7/7).

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, dengan adanya penambahan kasus itu, stasiun masih berpotensi besar untuk menjadi tempat persebaran Covid-19. Bima menyatakan, penambahan kapasitas penumpang dari yang semula 75 atau 45 persen penumpang per gerbong menjadi 60 persen atau sekitar 100 orang per gerbong tidak memungkinkan.

"Stasiun masih menjadi potensi klaster penularan Covid-19 dan atas dasar itu pula belum memungkinkan menambah kapasitas gerbong yang sekarang 45 persen," kata Bima di Kota Bogor, Jumat (10/7).

Bima menjelaskan, telah berkoordinasi dengan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya, MenPAN-RB Tjahjo Kumolo, Menparekraf Wishnutama hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk tindak lanjut adanya kasus itu. Secara tegas, Bima menyatakan, KRL masih belum aman.

"Situasinya masih belum aman karena terbukti dengan masih ditemukannya pasien positif gitu ya di stasiun," ujar Bima.

Bima menguraikan, untuk mengantisipasi persebaran Covid-19 di KRL yakni dengan cara menambah jadwal KRL dengan keberangkatan yang lebih pagi. Kemudian, lanjut Bima, menambahkan armada bus gratis yang selama ini disediakan setiap senin dan Jumat.

Berdasarkan hasil koordinasi, Bima mengatakan, akan ada 150 armada bus gratis yang disediakan dengan 75 dari Kemenhub dan 75 Pemprov DKI Jakarta. Jumlah itu akan dibagi dalam dua lokasi keberangkatan, yakni di Pull Bus DAMRI di Botani Square dan samping Satasiun Bogor.

"10 bus akan berangkat dari Pull DAMRI, sisanya 140 bus akan berangkat dari Stasiun Bogor," urai Bima.

Bima meminta, agar warga Kota Bogor dapat diajak bekerjasama untuk mengurai penumpukan di Satasiun Bogor. Sebab, setiap Senin pagi penumpang di Stasiun Bogor terus mengalami peningkatan.

"Jadi kira-kira ada 6.000 yang diangkut (bus) dan ini mudah mudahan bisa mencairkan (kepadatan di stasiun)," jelas Bima.

Selain itu, Bima menyatakan, akan terus melakukan langkah-langkah pencegahan persebaran di tempat publik seperti stasiun dan terminal. Dia menyebut, akan berupaya menyediakan alat rapid dan swab test.

"Jadi setiap pekan akan kami gencarkan stasiun, terminal dan tempat umum untuk mendeteksi secara dini Covid-19," katanya.

Bima menambhakan, telah menyampaikan evaluasi shift kerja yang sempat dikeluhkan tak maksimal lantaran penumpang KRL tetap menumpuk. Dia menyebut, shift kerja di Jakarta akan kembali dikaji ulang.

"Shift akan dikaji oleh MenPAN-RB dan Gubenur Jakarta karena shift belum berjalan secara maksimal," jelasnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bogor Sri Nowo Retno menjelaskan, kedua penumpang KRL itu merupakan laki-laki. Saat ini, pihaknya sedang melakukan pelacakan dan penelusuran terhadap dua penumpang KRL yang dinyatakan positif Covid-19.

"Kita baru mendapat hasilnya tadi malam, terus kita langsung menghubungi yang bersangkutan, terus kita juga akan melakukan tracing dengan tim lacak di kelaurhan," kata Retno.

Lebih lanjut, Retno tak menapik kemungkinan terjadinya klaster Satasiun Bogor. Namun, dia berharap, kedua penumpang KRL itu tak terlalu banyak melakukan kontak dengan orang lain.

Dia menjelaskan, keduanya diketahui bukanlah orang tanpa gejala (OTG). Pasalnya, mereka memiliki gejala batuk-batuk ringan.

"Ada riwayat gejala ringan batuk-batuk dan meriang begitu sudah minum obat juga tapi seminggu terakhir tidak enak," ucapnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo mengharapkan Kementerian Perhubungan memberikan relaksasi batas kapasitas angkut kereta rel listrik (KRL). Semenjak masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, penumpang KRL terus padat.

“Sesuai Surat Eadaran Ditjen Perkeretaapian Nomor 14 Tahun 2020, diusulkan agar kapasitas  KRL dapat ditingkatkan dari 45 persen menjadi 60 persen pada tahap selanjutnya setelah evaluasi dari berbagai pihak,” kata Didiek dalam pernyataan tertulisnya, Senin (6/7).

Apabila kapasitas ditingkatkan menjadi 60 persen atau sekitar 100 pelanggan per kereta, Didiek memastikan antrean di stasiun dapat dikurangi. Didiek mengatakan, meski ada penambahan kapasitas angkut, protokol kesehatan tetap akan KAI jalankan dengan ketat.

“Ini seperti yang sudah dilakukan sejak awal pandemi Covid-19 seperti disiplin memakai masker, baju lengan panjang, rutin cuci tangan, tidak memegang wajah, mata, dan mulut serta tidak berbincang-bincang selama di dalam kereta,” ungkap Didiek.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement