Senin 13 Jul 2020 03:17 WIB

PBB Sepakat Pengiriman Bantuan ke Suriah Lewat Satu Pintu

Rusia dan China mengancam akan memutus semua rute bantuan ke Suriah

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Truk bantuan kemanusiaan untuk Idlib, Suriah.
Foto: Anadolu Agency
Truk bantuan kemanusiaan untuk Idlib, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Dewan Keamanan PBB sepakat mengurangi operasi penyaluran bantuan dari Turki ke Suriah Barat laut. Resolusi DK PBB yang disetujui itu menyepakati bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan ke Suriah selama satu tahun hanya bisa melalui satu pintu gerbang perbatasan.

Hal itu disepakati setelah Rusia dan China mengancam akan memutus semua rute bantuan ke Suriah. Dewan yang beranggotakan 15 orang sepakat mengurangi jumlah gerbang untuk pengiriman bantuan dari Turki ke Suriah menjadi satu. Kini, hanya Bab al-Hawa di seberang perbatasan Cilvegozu yang akan tetap terbuka untuk pengiriman bantuan untuk satu tahun lagi.

Baca Juga

"Demi kepentingan hampir 3 juta warga sipil yang mengandalkan perlintasan Bab al-Hawa, DK PBB harus mencapai suatu kompromi," kata Duta Besar Belgia untuk PBB, Marc Pecsteen de Buytswerve, dilansir dari laman Voice of America, Ahad (12/7).

Melansir Anadolu Agency, DK PBB melalui perdebatan panjang yang berat untuk memutuskan kesepakatan itu. Pengaturan dicapai untuk mencegah veto Rusia dan China yang akan memperbarui otorisasi yang berlaku sejak 2014 dan berakhir pada Jumat. DK PBB sempat menemui jalan buntu, dengan sebagian besar anggota diadu melawan sekutu Suriah, Rusia dan China, dalam pemilihan kelima dewan pekan ini dalam masalah itu.

Resolusi yang dirancang oleh Jerman dan Belgia, didukung oleh 13 negara. Sementara Rusia, China, dan Republik Dominika memilih abstain. Di bawah resolusi tersebut, perbatasan Bab al-Salam yang berseberangan dengan Oncupinar akan tetap ditutup untuk pengiriman bantuan PBB. Sebelumnya, Turki telah meminta perpanjangan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2504 untuk satu tahun lagi agar pintu perbatasan Cilvegozu dan Oncupinar tetap terbuka untuk memberikan bantuan ke Suriah.

Sebanyak 300 ribu warga Suriah yang rentan di Aleppo utara biasa mendapatkan bantuan PBB melalui Bab al-Salam, yang sekarang ditutup. Namun, sekitar 2,8 juta orang di Idlib barat laut akan terus menerima bantuan melalui Bab al-Hawa, yang akan tetap terbuka.

Sementara bantuan kemanusiaan dikirim ke Suriah sebelumnya melalui empat penyeberangan perbatasan, Rusia menutup perbatasan ar-Ramtha antara Suriah dan Yordania, dan al-Yarubiyah dengan Irak tahun lalu.

Suriah telah didera perang saudara sejak awal 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menindak protes pro-demokrasi. Sejak itu, ratusan ribu orang telah terbunuh dan lebih dari 10 juta orang terlantar.

UNICEF mengatakan, bahwa 500 ribu anak-anak di daerah Aleppo kini diprediksi dibiarkan tanpa layanan kritis, seperti makanan dan vaksin, jika Bab al-Salaam ditutup. "Siapa kita untuk menentukan masa depan mereka?" ujar Duta Besar Republik Dominika Jose Singer mengatakan tentang anak-anak. "Kepada siapa mereka akan berpaling sekarang?,' katanya menambahkan.

Diplomat itu mengatakan upaya untuk membuat Rusia menyetujui setidaknya perpanjangan tiga bulan untuk Bab al-Salaam sehingga orang-orang di daerah itu dapat menemukan rute alternatif untuk bantuan juga ditolak selama negosiasi. "Hasil dari perkembangan bencana ini sederhana. Rusia bertujuan mencapai tujuan politiknya, bukan mencegah bencana kemanusiaan," kata Duta Besar Estonia, Sven Jurgenson. "Tidak diragukan lagi, kita akan segera melihat konsekuensi dari permainan politik Rusia, dan chip yang mereka mainkan adalah nyawa manusia," ujarnya.

Moskow, sekutu setia Assad, berpendapat bahwa semua bantuan harus melalui Damaskus sehingga pemerintah memiliki kendali atas ke mana perginya bantuan itu di Suriah. PBB dan kelompok-kelompok kemanusiaan telah meminta lebih banyak akses dan titik persimpangan. PBB juga telah meminta dewan untuk mengotorisasi ulang penggunaan penyeberangan dari Irak utara yang digunakan untuk pasokan medis, terutama karena Suriah sekarang menghadapi pandemi Covid-19. Rusia dan China memaksa dewan untuk menutup persimpangan itu pada Januari.

Selain konflik dan Covid-19, Suriah menghadapi krisis keuangan yang melumpuhkan. Mata uangnya, pound, jatuh bebas, harga komoditas meroket, dan banyak warga Suriah berjuang untuk membeli makanan. Hal itu membuat mereka semakin bergantung pada bantuan kemanusiaan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement