REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan hasil tracing (pelacakan) dan testing (pemeriksaan) yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menemukan 66 persen kasus positif Covid-19 adalah orang tanpa gejala. Pemprov DKI melakukan tracing (pelacakan) dan testing (pemeriksaan) sejak 4 Juni 2020.
Anies menjelaskan orang tanpa gejala atau OTG tidak menyadari kalau dia sudah terekspos virus corona baru atau Covid-19. "Artinya kalau saja mereka tidak didatangi tim Puskesmas untuk melakukan testing, barang kali mereka tidak pernah merasa sebagai pasien positif. Padahal, ia membawa virus Covid-19," kata Anies, Ahad (12/7).
Kasus positif Covid-19 pada orang tanpa gejala berbeda dengan orang positif ditemukan dari yang sakit datang ke rumah sakit atau datang ke Puskesmas. Kasus yang kedua akan membuat orang lebih berhati-hati.
Karena itu, Anies meminta warga Jakarta yang beraktivitas di luar rumah untuk ekstra hati-hati. "Jangan anggap enteng, jangan merasa kita sudah bebas dari Covid-19. Karena nanti kalau kondisi ini berlangsung terus bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini," kata dia.
Anies menjelaskan Pemprov DKI melakukan tracing dan testing sesuai standar WHO sejak pemberlakuan PSBB transisi, yakni 4 Juni. Hasil pelacakan dan pemeriksaan hingga hari ini, ada 6.748 kasus baru.
Terkait klaster kasus positif Covid-19, ia memaparkan, klaster terbesar, yakni 45,26 persen, adalah pasien di rumah sakit, 38 persen adalah komunitas atau mereka yang berada di lingkungan masyarakat. Lalu, 6,8 persen klaster pasar, 5,8 persen di pasar, dan sisanya di perkantoran.
Meski angka kasus positif naik, ia mengatakan, positivity rate DKI berada di bawah 5 persen dari jumlah spesimen yang dites. "Artinya meskipun ditemukan sebutlah 200 kasus, tapi 200 kasus dari 4.000 tes PCR maka dia hanya 5 persen," imbuhnya,
Hal itu, Anies menjelaskan, sangat berbeda jika 200 kasus yang ditemukan itu dari 1.000 tes PCR yang dilakukan atau positivity rate-nya sebesar 20 persen. Ia menjelaskan positivity rate sangat penting untuk melihat lonjakan penularan.
"Kami selalu Perhatikan angka prosentasenya. Karena itu yang bisa membuat kita menganggap ini sesuatu yang harus diantisipasi atau ini perkembangan yang bisa dikendalikan," terangnya.