REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, optimistis produksi beras nasional hingga akhir tahun akan mengalami surplus hingga 6 juta ton. Namun, diperlukan upaya ekstra pemerintah pusa dan daerah untuk bisa mengamankan musim tanam pada semester kedua kali ini.
Syahrul memaparkan, dari progonosis terakhir Kementerian Pertanian, total produksi beras pada Desember 2020 bisa mencapai 12,5 juta ton sampai 15 juta ton. Produksi beras itu hasil dari upaya percepatan musim tanam kedua seluas 5,6 juta hektare yang sudah dimulai sejak Mei lalu.
"Jika produksi itu bisa dicapai, lalu dikurangi dengan konsumsi kita (6 bulan) sekitar 15 juta ton, maka tersisa 6 juta ton dan itu akan masuk ke 2021. Ini menjadi sangat strategis," kata Syahrul dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 2020 di Jakarta, Senin (13/7).
Pihaknya secara khusus meminta para jajarannya untuk lebih berkonstrasi dalam mengakselerasi produksi pangan dalam negeri. Ia pun meminta tidak ada pejabat maupun jajaran yang melakukan upaya berseberangan dengan kebijakannya. Sebab, Indonesia harus benar-benar mengandalkan kemampuan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan di masa pandemi Covid-19.
Syahrul pun mengingatkan para kepala daerah dari tingkat provinsi hingga kabupaten untuk bersinergi dengan pemerintah pusat. Kebijakan-kebijakan yang dibuat dari pusat wajib diturunkan dan diterapkan oleh setiap daerah.
"Maaf, situasi nasional dan global darurat. MT 2 tidak boleh gagal sedikitpun. Ini pertarungan kita. Semua harus turun tangan," kata Syahrul mengingatkan.
Adapun hingga medio 2020 ini, Syahrul menilai target-target produksi pangan dari Kementan masih berjalan sesuai koridor. Harga-harga pangan ia klaim stabil. Hal itu berkaca dari momen Ramadhan dan Lebaran di mana gejolak harga pangan cenderung kecil. Syahrul mengklaim, stabilnya harga pangan karena pemerintah mengambil langkah cepat untuk menutup defisit pangan yang terjadi di sejumlah provinsi.
Hanya saja, ia mengakui daya beli masyarakat cukup tertekan akibat pandemi. Di satu sisi, pembatasan sosial bersakala besar turut mempersulit arus distribusi pangan dari sentra menuju pusat perkotaan. Karena itu, Syahrul menilai untuk enam bulan ke depan dibutuhkan kerja sama lebih erat antar kementerian lembaga dalam mengamankan sektor pangan.
"Persiapkan pangan seluruh Indonesia bukan hal mudah. Karena itu selamatkan panen dan ketersediaan pangan harus tetap terjaga dan baik," katanya.