REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemerintah Malaysia mengambil sikap atas serangan drone dan misil yang dilancarkan kelompok Houthi ke Arab Saudi pada 12 Juli lalu. Malaysia mengutuk keras tindakan itu karena Houthi menyerang negara yang memiliki dua kota penting Islam.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Malaysia memantau serangan tersebut diklaim berhasil dimentahkan militer Arab Saudi. Sehingga serangan tersebut gagal berdampak pada kota dan warga Saudi.
"Kelanjutan dari serangan yang disengaja ini menunjukkan provokasi yang tidak perlu dari kelompok Houthi pada Arab Saudi. Tindakan itu malah mengganggu kestabilan dan kedamaian di kawasan tersebut," tulis keterangan resmi Kemenlu Malaysia dilansir dari Bernama, Jumat (17/7).
Kemenlu Malaysia mengulangi seruannya agar semua pihak di Yaman terlibat secara konstruktif dalam mengejar pelakunya. Secara garis besar, Kemenlu Malaysia mengajak segera mengakhiri permusuhan yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.
"Perlu solusi damai untuk menyelesaikan konflik melalui dialog dan diplomasi," lanjut Kemenlu Malaysia.
Yaman telah terjebak pusaran perang saudara sejak 2014. Di kubu pemerintah didukung oleh koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi dengan dukungan udaranya. Sedangkan, kubu non-pemerintah dipimpin kelompok Houthi yang didukung Iran. Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara, termasuk ibu kota Yaman, Sanaa.
Houthi secara resmi bernama Anshar Allah adalah gerakan Islam yang didirikan oleh Hussein Badreddin Al-Houthi. Gerakan itu muncul dari Sa'dah, Yaman utara pada 1990-an. Mereka sebagian besar menganut sekte Syiah Zaidiyah.