REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Koalisi Arab Saudi mencegat dan menghancurkan dua rudal balistik serta enam pesawat nirawak (drone) milik kelompok pemberontak Houthi Yaman.
Awalnya, rudal tersebut diluncurkan untuk menghancurkan infrastruktur sipil Arab Saudi.
Juru bicara koalisi Arab Saudi, Kolonel Turki al-Maliki, mengatakan serangan rudal dan drone itu berasal dari Sanaa, Yaman.
"Milisi teroris Houthi sengaja meningkatkan permusuhan dengan menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil di negara-negara tetangga Yaman dengan menggunakan rudal balistik dan drone," kata dia, dikutip laman Al Arabiya pada Senin (13/7).
Al-Maliki menjelaskan serangan tersebut berhasil digagalkan berkat pemantauan dari dalam wilayah kendali Houthi. Pekan lalu kelompok Houthi mengancam akan menyerang istana Kerajaan Arab Saudi.
Mereka memperingatkan warga sipil Arab Saudi tak berada atau mendekati target. “Istana-istana ini telah menjadi sasaran militer oleh pasukan kami,” kata juru bicara Houthi, Yahya Saree, pada Selasa (7/7), dikutip Anadolu Agency.
Dia menyebut kelompoknya telah membidik target sensitif di Arab Saudi. Namun Saree tak memberikan keterangan lebih terperinci terkait hal tersebut. Pada 23 Juni lalu, Houthi menyerang Arab Saudi dengan menggunakan delapan pesawat nirawak (drone) dan tiga rudal balistik.
Kantor berita pemerintah Saudi, SPA melaporkan, serangan lintas perbatasan oleh gerakan Houthi selaras dengan pergerakan Iran yang meningkat sejak akhir Mei. Momen ini bersamaan dengan gencatan senjata yang dipicu oleh penyebaran virus korona telah berakhir. Pada akhir Juni, rudal mencapai ibukota Arab Saudi, Riyadh.
Dia menyatakan, rincian operasi militer luas di Arab Saudi yang dilakukan oleh milisi akan diumumkan kemudian. Melalui kantor berita yang dikelola Houthi Al Masirah, milisi ini mengatakan, koalisi Saudi telah melakukan serangan udara di berbagai daerah di bawah kendali Houthi pada Senin.
Houthi mengklaim serangannya berhasil mengenai gedung Kementerian Pertahanan Arab Saudi dan markas militer. Namun fakta di lapangan tak menunjukkan bahwa gedung tersebut terhantam misil atau menjadi sasaran tembakan drone.
Saat itu Kolonel Turki al-Malki mengatakan pihaknya berhasil menembak jatuh rudal yang ditembakkan Houthi. Alhasil, serangan mereka tak dapat menjangkau target di Riyadh.
Konflik Yaman telah berlangsung sejak 2014. Pemicunya adalah dikuasainya ibu kota Sanaa oleh Houthi. Tak hanya itu, Houthi pun berhasil mengontrol sebagian besar wilayah utara Yaman di sepanjang perbatasan dengan Arab Saudi.
Pada Maret 2015, Saudi memimpin koalisi untuk melakukan intervensi militer ke Yaman. Mereka berupaya mengembalikan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan.
Sejak saat itu, Arab Saudi gencar melancarkan serangan udara ke Yaman. Sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya turut terdampak serangan Riyadh.
Konflik telah menyebabkan jutaan warga di sana mengalami kelaparan. Akses ke fasilitas atau layanan kesehatan semakin sulit. PBB telah menyebut krisis Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.