REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah secara resmi membuka Pembekalan Kewirausahaan (Inkubasi Bisnis In Wall) di Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (BBPPK dan PKK) Lembang, Bandung, Ahad (19/7) malam.
Pembekalan kewairausahaan inkubasi bisnis, menurut Ida, bertujuan memberikan bekal dan pendampingan kepada para peserta, sehingga mampu menjadi wirausahawan yang tangguh, inovatif, kreatif, dan berdaya saing tinggi.
"Inkubasi bisnis ini merupakan salah satu tahapan untuk memberdayakan wirausaha maupun calon wirausaha potensial melalui kegiatan bimbingan kewirausahaan dalam jangka waktu tertentu dan pendampingan usaha berbasis pemanfaatan sumber daya lokal yang kreatif dan inovatif," kata Menaker Ida.
Menurut Menaker Ida, kewirausahaan menjadi salah satu konsen Kementerian Ketenagakerjaan karena jenis usaha ultramikro, mikro, dan kecil menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, yakni lebih dari 70 persen. "Jenis usaha ultramikro, mikro, dan kecil ini strategis bagi pekerja yang terkena PHK dan dirumahkan,” ucapnya.
Untuk itu pihaknya terus mengembangkan berbagai program pelatihan dan melakukan sinergi dengan sejumlah stakeholders terkait untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan perluasan pasar kerja. Salah satu upaya yang dilakukannya ialah dengan memperluas kesempatan kerja (job creation) melalui program kewirausahaan.
"Kami berharap, peserta penerima program pembekalan ini dapat menjadi wirausaha yang mampu bersaing di dalam negeri maupun internasional dan mampu menyerap tenaga kerja, sehingga dapat membantu pemerintah dalam perluasan kesempatan kerja," harapnya.
Pada kesempatan tersebut, ia mengemukakan bahwa data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2020 menunjukkan, angka pengangguran terbuka (TPT) mencapai 4,99%, atau sebanyak 6.882.200 orang. Angka tersebut membuat permerintah Indonesia terus berupaya menekan laju pertumbuhan tingkat pengangguran, dan sudah membuahkan hasil dengan penurunan angka TPT pada tahun 2020 ini sebesar 0,02% dibanding tahun 2019.
Namun, sambungnya, capaian yang dihasilkan tersebut diterjang pandemi Covid-19. Pandemi telah melumpuhkan ekonomi, sehingga membuat banyak usaha yang bergerak di sektor pariwisata, transportasi, tekstil, manufaktur, dan pangan yang berhenti atau mengurangi operasinya. Pasokan bahan baku lebih terbatas, dan di sisi lain juga terjadi penurunan permintaan pasar.
“Perusahaan besar dan usaha skala menengah banyak yang menghentikan operasinya. Jutaan pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja. Dampak Covid-19 terhadap dunia usaha ini luar biasa,” jelasnya.
Pihaknya menyatakan bahwa hingga awal Mei 2020, data yang diterima dan terverifikasi sebanyak 1,7 juta orang korban PHK dan pekerja yang dirumahkan. Angka pengangguran diperkirakan bertambah 3 sampai 5 persen.
Dalam mengatasi persoalan tersebut, ia menyakini, kewirausahaan dapat menjadi jawaban untuk kembali menarik banyak tenaga kerja. Kementerian Ketenagakerjaan pun disebutnya telah mendesain program kewirausahaan untuk perluasan kesempatan kerja.
Lebih lanjut ia menyatakan, mulai 2021 pihaknya akan melaksanakan program kewirausahaan yang terintegrasi dan berkelanjutan, sehingga bisa secara efektif membentuk wirausahawan-wirausahawan baru dan meningkatkan wirausahawan rintisan sehingga lebih produktif. Pilihan tersebut disebutnya menjadi semakin strategis di tengah fakta bonus demografi yang sedang terjadi di Indonesia.
Kegiatan pembekalan kewirausahaan inkubasi bisnis ini diselenggarakan selama 5 hari, yakni 19-24 Juli 2020, dan diikuti oleh peserta sebanyak 200 orang yang terdiri dari Provinsi Banten sebanyak 19 orang, DKI Jakarta sebanyak 31 orang, Jawa Barat sebanyak 39 orang, Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 10 orang, Jawa Tengah 51 orang, dan Jawa Timur sebanyak 50 orang. Jumlah peserta tersebut dikelompokkan pada 6 (enam ) jenis usaha, yaitu pertanian, perikanan, peternakan, pengolahan (kuliner), jasa, dan industri kreatif.