REPUBLIKA.CO.,ID, ISTANBUL - Serangan terakhir yang dilakukan Armenia di wilayah Tovuz, yang jauh dari tanah yang diduduki, menargetkan koridor energi dan transportasi, yang merupakan sumber ekonomi Azerbaijan.
Tujuan Armenia menyerang wilayah Tovuz baru-baru ini adalah untuk menargetkan koridor energi dan transportasi, yang menjadi sumber ekonomi Azerbaijan.
Bentrokan yang menciptakan ketegangan antara kedua kubu dengan menggunakan senjata berat terjadi di perbatasan Armenia-Azerbaijan pada 12-14 Juli 2020.
Menurut informasi dari Kementerian Pertahanan Azerbaijan, perwira dan sejumlah tentara Azerbaijan tewas dalam serangan yang dilancarkan oleh tentara Armenia yang tiba-tiba menyerang dengan peluru mortir dan howitzer.
Tak lama setelah serangan itu, Kementerian Luar Negeri Republik Turki mengeluarkan pernyataan awal yang secara keras mengecam serangan tersebut.
Setelah itu, Presiden Recep Tayyip Erdogan, Menteri Luar Negeri Mevlut Çavusoglu, dan Menteri Pertahanan Hulusi Akar turut mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan Armenia dan mendukung Azerbaijan.
Karena menyangkut masalah kepentingan nasional di Turki, empat partai besar Partai AK, CHP, MHP, IYP menandatangani pernyataan bersama di parlemen guna mengutuk serangan itu dan mendukung Azerbaijan.
Armenia telah menduduki 20 persen wilayah Azerbaijan selama 26 tahun.
Upaya mediasi Grup Minsk, yang terdiri dari Federasi Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Prancis, sejauh ini dinilai gagal menyelesaikan masalah.
Oleh sebab itu kerap berulang kali terjadi bentrokan di wilayah Azerbaijan yang diduduki oleh Armenia. Yang paling parah terjadi pada bulan April 2016, dan Azerbaijan pada saat itu berhasil mengendalikan tempat-tempat yang strategis.
Di sisi lain, secara umum ada ketidakpuasan di rakyat Azerbaijan terhadap Grup Minsk atas mediasi diplomatiknya.
Armenia menentang usulan Azerbaijan yang sedang menuntut keadilan dengan mendesak Turki dimasukkan ke dalam grup mediator Minsk.
Tak hanya pejabat, tapi masyarakat Azerbaijan juga sudah bosan dengan kinerja negosiasi diplomatik Grup Minsk yang tak membuahkan hasil, dan kini suara peperangan semakin terdengar.
Pandangan "Karabakh hanya dapat diselamatkan melalui perang" beredar luas di masyarakat setelah bentrokan militer di Tovuz dan selama aksi demonstrasi yang diadakan di Baku, ibu kota Azerbaijan untuk mengenang para tentara yang gugur.
Di saat otoritas dan masyarakat Azerbaijan sedang mempertimbangkan berbagai diplomatik dan militer untuk menyelamatkan tanah-tanah Azerbaijan yang diduduki, Armenia malah melancarkan serangan ke titik terjauh di tanah-tanah yang mereka duduki.
Masalah utama di sini adalah mengapa Armenia bukan menyerang wilayah Karabakh, tetapi serangan mereka menargetkan wilayah perbatasan yang memiliki posisi penting bagi Azerbaijan dan Turki.
Serangan Armenia ancam ekonomi Azerbaijan-Turki
Konflik antar kedua negara itu terjadi di wilayah koridor energi dan transportasi darat yang menghubungkan Azerbaijan-Georgia-Turki.
Serangan militer Armenia itu mengancam secara langsung pipa minyak mentah Baku-Tbilisi-Jeyhan, Pipa Gas Selatan dan kereta mancanegara antara Baku [Azerbaijan] -Tbilisi [Georgia] – Kars [Turki] yang melintas di wilayah Tovuz.
Koridor ini menghubungkan Turki dengan Asia Tengah, yang menjadi tempat perlintasan energi dan transportasi energi dari Laut Kaspia ke Turki dan dunia.
Di sisi lain, wilayah Tovuz ini menjadi jantung ekonomi Azerbaijan karena memiliki posisi strategis sebagai koridor yang menghubungkan Azerbaijan-Georgia-Turki.
Armenia beranggapan dengan menyerang proyek-proyek Azerbaijan di wilayah itu akan menghancurkan ekonomi negara tersebut. Singkatnya, Armenia ingin menargetkan proyek-proyek yang beririsan antara Turki dan Armenia.
Pada 12 Juli, tentara Armenia berusaha menyerang titik-titik Azerbaijan di wilayah Tovuz, perbatasan kedua negara. Namun Armenia terpukul mundur setelah tentara Azerbaijan menanggapi upaya serangan tersebut.
Dalam bentrokan di perbatasan, empat tentara Azerbaijan, satu di antaranya berpangkat letnan, terbunuh dan empat lainnya terluka.
Setelah itu, tujuh tentara Azerbaijan, satu di antaranya berpangkat mayor jenderal, tewas dalam bentrokan yang berlanjut pada hari-hari berikutnya. Dalam serangan balasan, para pejabat Azerbaijan mengatakan hampir 100 tentara Armenia terbunuh.
Sejak 1991, militer Armenia secara ilegal menduduki wilayah Karabakh Atas (Nagorno-Karabakh), yang secara internasional diakui sebagai wilayah Azerbaijan.
Empat resolusi Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta keputusan oleh banyak organisasi internasional, merujuk pada pendudukan ilegal dan menuntut penarikan pasukan Armenia dari Karabakh Atas dan tujuh wilayah pendudukan lainnya di Azerbaijan.