Rabu 22 Jul 2020 13:46 WIB

SYL: Dua Tahun Ke Depan, Hanya Bisnis Pertanian yang Unggul

Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi produsen berbagai komoditas

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), menilai dalam dua tahun ke depan pascapandemi Covid-19 hanya bisnis di sektor pertanian yang tetap mampu untuk unggul di pasar.
Foto: istimewa
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), menilai dalam dua tahun ke depan pascapandemi Covid-19 hanya bisnis di sektor pertanian yang tetap mampu untuk unggul di pasar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menilai, dalam dua tahun ke depan pascapandemi Covid-19 hanya bisnis di sektor pertanian yang tetap mampu untuk unggul di pasar. Sebab pasokan pangan terus dibutuhkan untuk konsumen dunia dan Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi produsen berbagai komoditas.

Syahrul mengatakan, para pelaku usaha harus memanfaatkan situasi saat ini untuk mencari celah pasar demi bisa melakukan ekspor pangan. Ia secara khusus meminta para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tetap optimistis meningkatkan ekspor.

Baca Juga

"Selama pandemi Covid-19, hanya ekspor pertanian yang tumbuh. Menurut pikiran saya, dua tahun ke depan bisnis yang bisa jalan hanya pertanian," kata Syahrul dalam webinar Forum Trade for Indonesia yang digelar secara virtual, Rabu (22/7).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang semester I 2020, dari empat sektor, hanya pertanian yang mengalami kenaikan. Ekspor pertanian mencapai 1,71 miliar dolar AS atau naik 9,6 persen dibanding semester I 2019 yang sebesar Rp 1,56 miliar dolar AS.

Sektor lainnya, yakni migas anjlok 30,35 persen, industri pengolahan turun 0,41 persen, serta tambang dan lainnya merosot 20,71 persen. Syahrul mengatakan, komoditas di Indonesia sangat beragam yakni dari tanaman dengan panen dalam 20 hari, satu bulan, lima bulan, hingga satu tahun. Iklim di Indonesia juga menjadi kelebihan bagi usaha pertanian.

"Kita ada perkebunan, hortikultura, tanaman pangan yang ikut menyumbang ekspor. Sepanjang Januari-Juni ini cukup bagus hasilnya. Oleh karena itu, di masa normal baru ini mari kita rancang sama-sama. Kadin mau apa, saya siapin," kata Syahrul.

Lebih lanjut, Syahrul mengungkapkan, bisnis ekspor pun tak menutup celah bagi rempah-rempah. Ia bahkan menyebut tanaman eucalyptus yang menjadi bahan baku aromaterapi untuk pencegahan virus corona juga diminati luar negeri. Apalagi, kata dia, Kementan bersama perguruan tinggi tengah memulai proses uji klinis untuk temuan prototipe antivirus eucalyptus.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno, mengatakan, Indonesia memiliki kelebihan dari sisi kekayaan komoditas pangan yang tak dimiliki negara lain. Selain dibutuhkan bagi pasar global, pasar domestik juga sangat besar.

"Pertanian menjadi basis pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenapa dulu Belanda menjajah Indonesia karena kita punya yang tidak dimiliki orang lain," katanya.

Pada situasi saat ini, Benny mengatakan, negara tengah membutuhkan devisa dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, salah satu meningkatkan devisa dengan tetap memacu ekspor yang berbasis pada komoditas pertanian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement