REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Pemerintah Desa Pranggong, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menyediakan solusi bagi siswa yang kesulitan mengikuti sistem belajar jarak jauh sejak pandemi Covid-19. Pihaknya memberikan akses internet secara gratis di balai desa setempat melalui program Peduli Pendidikan.
"Kegiatan belajar secara daring bagi para siswa terdampak pandemi bukan perkara yang mudah bagi para orang tua murid di Desa Pranggong," kata Kepala Desa Pranggong, Wagimin, di Boyolali, Jateng, Selasa.
Para siswa di Desa Pranggong banyak menemui kendala, terutama soal akses internet pada masa sulit saat ini. Wagimin menyebut, masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu terkendala untuk menyediakan paket data internet demi kegiatan belajar daring tersebut.
"Seluruh pelajar di Desa Pranggong sudah dapat mendapatkan fasilitas internet gratis," katanya.
Menurut Wagimin, para siswa cukup datang ke Kantor Desa untuk tersambung ke jaringan wifi. Siswa pun bisa mendapatkan akses internet dengan kecepatan tinggi.
"Khusus untuk siswa SD, ada guru yang siap mendampingi muridnya untuk belajar, tetapi tetap menerapkan protokol kesehatan dengan jaga jarak dan mengenakan masker," katanya.
Menurut Wagimin, para orang tua di Desa Pranggon terbantu dengan program tersebut. Ada warganya yang putus hubungan kerja (PHK) dengan perusahaannya, dan mereka tidak mempunyai penghasilan tetap.
Wagimin mengatakan, untuk pengawasan belajar daring para siswa dilakukan oleh perangkat desa setempat. Hal itu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Agar mendapatkan akses yang maksimal, menurut Wagimin, program belajar di desa ini akan dijadwal dan disesuaikan dengan kepala dusun di Pranggong. Salah satu siswa kelas 12 SMK Andong Boyolali Yunia Fajar Istiqomah mengatakan, mengaku sebelum ada jaringan internet gratis di Desa Pranggong cukup sedih dengan pembelajaran secara daring pada masa wabah Covid-19.
"Selain sulitnya akses internet di desa ini, mahalnya paket data juga menjadi kendala pada siswa," kata Yunia.
Sebagai anak petani, Yunia mengaku merasa kasihan jika sering meminta uang untuk membeli paket data internet guna kebutuhan belajar sistem daring. Sebelumnya, ia minimal harus mengeluarkan uang Rp 80 ribu per bulan untuk membeli paket data.
"Hal ini, belum lagi untuk mencari bahan tugas-tugas lain. Biayanya akan lebih banyak dibanding jika belajar di sekolahan hanya meminta uang saku saja", kata Tunia warga Desa Pronggong.