Rabu 29 Jul 2020 21:19 WIB

'Muhammadiyah, Bagai Ibu yang Melahirkan Negeri’

Muhammadiyah telah memasuki usia 111 tahun.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
'Muhammadiyah, Bagai Ibu yang Melahirkan Negeri’. Foto: Logo ulang tahun ke-111 Muhammadiyah.
Foto: Suara Muhammadiyah
'Muhammadiyah, Bagai Ibu yang Melahirkan Negeri’. Foto: Logo ulang tahun ke-111 Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Persyarikatan Muhammadiyah masuk ke usia 111 dalam tanggalan Hijriyah. Sebagai salah satu organisasi masyarakat (ormas) Islam besar di Indonesia, pergerakan Muhammadiyah bagaikan ibu yang melahirkan negeri.

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mentakan, dalam usianya sekarang ini Muhammadiyah telah berkiprah dalam mencerdaskan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan umat dan bangsa. Hal itu diwujudkan melalui amal usaha dan kerja-kerja pemikiran yang membumi di dunia nyata.

Baca Juga

Sejak berdiri 111 tahun menurut pertanggalan Hijriyah itu, kata dia, Muhammadiyah telah membangun 169 perguruan tinggi yang mana hal itu sangat berkontribusi terhadap sektor pendidikan di Indonesia. Sehingga beliau menegaskan, kontribusi Muhammadiyah bagi bangsa bukanlah angan-angan, hal itu sudah nyata bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.

“Sehingga Muhammadiyah bagai ibu yang melahirkan negeri,” kata Haedar dalam pesan teks Whats App kepada Republika, Rabu (19/7).

Bangsa Indonesia saat ini menemui tantangan yang berat. Baik di bidang politik, ekonomi, dan budaya yang libera pasca-amandemen UUD 1945 dan reformasi. Investasi dan tenaga kerja asing pun makin meluas, hal itu juga dibarengi dengan utang luar negeri yang besar dan alam yang semakin tereksploitasi.

Beliau menjabarkan, kesenjangan ekonomi masih melebar, politik bercorak oligarki, dan sektor pendidikan pun makin tidak menemui titik yang jelas. Untuk itu diperlukan integritas dan visi kebangsaan yang benar dan lurus dari para elite bangsa.

Indonesia, kata dia, tidak cukup dikelola dengan pola pragmatis. Diperlukan rekonstruksi dan idealisasi pemikiran yang merujuk pada pembukaan UUD 1945 yang diletakkan para pendidi bangsa. Untuk itulah, dia berpesan kepada umat Islam sebagai mayoritas di negeri ini untuk menjadi uswah hasanah dalam pola pikir dan perilaku.

“Harus menjadi uswah hasanah dalam pola pikir dan perilaku yang membawa rahmatan lil-alamin,” kata dia.

Umat Islam diharapkan mampu menjadi kekuatan moderat yang menyebarkan damai dan persatuan. Serta menjadi kekuatan yang unggul di berbagai bidang sebagai khaira ummah (umat terbaik).

“Jadilah umat dengan tradisi besar, jangan bermental pinggiran dan kecil. Semuanya memerlukan capacity building yang kuat sehingga bisa kuat secara kuantitas dan kualitas,” pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement