JAKARTA, SWA.CO.ID--Lahir dan tumbuh besar di Kota Jakarta membuat Rico Lubis sangat akrab dengan kehidupan urban. Terutama, kultur jalanan anak muda. Maklum, dia aktif sebagai pemain profesional streetball basket sejak di bangku sekolah.
Namun, sementara orang lain menganggap kehidupan urban adalah hal biasa, tidak demikian halnya dengan Rico. Dia mencoba mengadaptasinya ke dalam bisnis. Lahirlah Urbain Inc. di bawah bendera PT Urban Kreasi. Nama Urbain berasal dari bahasa Prancis yang berarti urban. Awalnya, Rico dan Bian, temannya, ingin Urban, tetapi sudah ada yang mematenkannya.
Urbain dimulai sebagai bisnis majalah. Berbekal pengalamannya bekerja di majalah film, Rico bersama Bian mendirikan majalah Urbain yang mengangkat tema khusus street culture, membahas basket, hip hop, sneakers, skate board, dll.
Sayang, gayung belum bersambut. Tak bertahan lama, majalah tersebut bangkrut. Kendati demikian, dia banyak mendapat pelajaran. Namanya pun makin dikenal di kancah street culture anak muda Jakarta.
Pada tahun 2010, karena dorongan yang masih kuat untuk mengadaptasikan ide tentang kultur jalanan ke bisnis, Rico dan Bian memproduksi kaus Urbain Inc. bermodal Rp 30 juta. Hasilnya?
Sukses. Rico mengaku, kaus tidak pernah lebih dari seminggu sudah ludes. Dia lalu menjelaskan, kaus Urbain menonjolkan slogan yang penuh percaya diri. Salah satu desainnya yang paling laris, “Jakarta Vs Everybody”, yang merupakan adopsi dari “Detroit Vs Everybody”, lagu milik rapper top AS, Eminem. “Referensi saya adalah New York. Jadi, tujuannya, ketika elo memakai kaus itu, elo bisa merasa bangga akan kota itu. Nah, saya terapkan ini di Jakarta,” katanya.
Penjualan yang terus menanjak membuka peluang Urbain berkolaborasi dengan merek-merek lain di luar Kota Jakarta. Banyak di antara mereka yang meminta lisensi untuk nama kota masing-masing, seperti “Semarang Vs Everybody” atau “Surakarta Vs Everybody”. Pemasukan dari penjualan lisensi ini tergolong lumayan. “Saya menerapkan pembagian profitnya di depan. Total sekarang 44 pihak yang bekerjasama, yang tersebar di 37 kota. Produksi tetap urusan mereka, kami hanya memberi lisensi,” Rico menjelaskan.
Urbain Inc. juga berkolaborasi dengan sejumlah selebritas ternama, antara lain Bimbim Slank, Kaka Slank, Tuan Tigabelas, dan atlet basket Mario Wisang. Yang paling membanggakan, kata Rico, Urbain Inc. baru saja bekerjasama dengan JakMania (supporter Persija) untuk membuat kaus resminya. Mereka juga menjadi salah satu merek yang merajai JakCloth, bazar pakaian anak muda terbesar di Jakarta. JakCloth juga mengajak kerjasama khusus. yakni membuat desain “JakCloth for Everybody”.
“Bisa dibilang kami ini satu-satunya brand yang berdiri di dua kaki. Di JakCloth bisa masuk yang notabene adalah kelas C dan B, tapi juga masuk di event yang kelas A seperti Jakarta Sneakers Days,” ujar Rico sembari menjelaskan, harga kaus Urbain Inc. dibanderol sekitar Rp 190 ribu per potong.
Saat ini omset Urbain Inc. Rp 20 juta-30 juta per bulan dari total 10 desain, di luar event seperti JakCloth atau Harbolnas, dan izin lisensi. Omset JakCloth Rp 500 juta-600 juta. Untuk lisensi bisa mencapai Rp 400 juta per tahun. Rico mengatakan, penjualan terbesar saat ini melalui online marketplace, seperti Shopee dan Tokopedia, serta pemesanan langsung melalui WhatsApp Urbain Inc, juga toko offline di Cipete dan Melawai.
Rico dkk. tampaknya cerdik dalam mengembangkan ide Urbain sebagai Intellectual Property (IP). Mereka menjalankan strategi khusus untuk menggaet pasar: memproduksi video YouTube yang kontennya berisi bincang-bincang dengan merek lain, termasuk kompetitor, sebagai tamu. Strategi ini sukses. Saking menariknya konten YouTube Urbain Inc., banyak pasar baru yang didapat, bahkan tidak sedikit yang mengira bahwa Urbain adalah semata kanal YouTube, bukan produsen pakaian.
“Acara YouTube kami sekarang sudah jadi barometer. Siapa yang masuk ke YouTube Urbain pasti jadi ikut naik namanya. Untuk dimonetisasi sudah ada tetapi tidak dominan, hanya beberapa acara yang bekerjasama dengan event. Karena, saya ingin menjaga ‘keasyikan’-nya saja, jadi tidak terlalu mau hardselling. Viewers rata-rata kami 500 ribu,” ujarnya.
Sebagai pelaku streetwear yang mengangkat tema urban street culture, Rico merasa memiliki tanggung jawab untuk berbagi kepada anak-anak muda jalanan. Sedari awal dia menekankan, perbedaan dengan merek lain adalah Urbain memiliki movement. Maka, dia dan tim pun selalu memiliki agenda movement, salah satunya yang sedang berjalan adalah pelatihan street culture, seperti basket, breakdance, rap, DJ, dan mural gravity di Lapas Anak Tangerang.
“Kami sebagai brand yang mengusung identitas jalanan, ingin berbagi kepada anak jalanan, dalam hal ini anak jalanan yang ada di lapas. Jadi, Urbain akan terus menggalakkan movement, dan kolaborasi yang market-nya berbeda,” kata pria kelahiran 1983 tersebut. (*)