REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi mengatakan sangata prihatin dampak ledakan yang terjadi di Lebanon setelah dua ledakan besar di pelabuhan Beirut, Selasa (4/8).
Dua ledakan itu menewaskan puluhan orang, dengan korban tewas diperkirakan akan meningkat, dan melukai ribuan lainnya. Ledakan itu terasa di seluruh kota dan merusak beberapa bangunan dan jalan.
"Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menegaskan dukungan penuh dan solidaritas dengan saudara warga Lebanon dan melindungi Lebanon dari segala bahaya," demikian sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Saudi Press Agency, dilansir di Arab News, Rabu (6/8).
Kerajaan juga menyatakan belasungkawa dan simpatinya yang tulus kepada keluarga para korban dan mereka yang terluka dalam serangan itu, berharap pemulihan yang cepat. Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab meminta negara-negara sahabat mendukung Lebanon yang telah terhuyung-huyung dari krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade dan juga pandemi corona
Beberapa negara Teluk lainnya mengeluarkan pernyataan serupa. Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed melalui Twitter menyampaikan belasungkawa kepada para korban, mengatakan: "Kami berdoa agar Tuhan memberi Anda kesabaran dan hiburan. Tuhan memberkati Lebanon dan rakyat Lebanon. "
Sementara itu, Menteri Negara Urusan Luar Negeri UEA Anwar Gargash di Twitter mengatakan, "hati kami bersama Beirut dan rakyatnya." Dia juga mengunggah foto Burj Khalifa Dubai, bangunan tertinggi di dunia, diterangi dengan warna bendera Lebanon.
"Doa kami selama masa-masa sulit ini adalah agar Tuhan melindungi persaudaraan Lebanon dan Lebanon untuk mengurangi penderitaan mereka dan menyembuhkan luka-luka mereka," tulisnya.
Emir Sheikh Kuwait Sabah Al-Ahmed Al-Jaber Al-Sabah ememerintahkan untuk mengirim bantuan ke Lebanon untuk membantu pemulihan.
Bahrain mengatakan sangat tertekan oleh ledakan mengerikan. Mereka juga meminta mereka yang membutuhkan bantuan menghubungi kedutaan mereka. Penyebab ledakan belum diketahui.