Sabtu 08 Aug 2020 11:41 WIB

Kebijakan Karantina Dinilai Stabilkan Angka Infeksi Covid

Karantina wilayah dinilai berhasil menekan infeksi Covid-19 di Victoria

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Pejalan kaki bermasker melintas di psat bisnis Melbourne, Australia, Rabu (22/7). Karantina wilayah dinilai berhasil menekan infeksi Covid-19 di Victoria. Ilustrasi.
Foto: James Ross/AAP Image via AP
Pejalan kaki bermasker melintas di psat bisnis Melbourne, Australia, Rabu (22/7). Karantina wilayah dinilai berhasil menekan infeksi Covid-19 di Victoria. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pemerintah negara bagian Victoria, Australia mengumumkan 466 kasus infeksi dan 12 kasus kematian Covid-19. Tapi mereka menilai peraturan pembatasan sosial yang ketat berhasil mendorong angka kasus infeksi stabil.

Victoria yang menjadi negara bagian terpadat kedua di Australia mengalami gelombang kedua wabah virus corona. Saat ini negara bagian ini bertanggung jawab atas dua per tiga 21 ribu kasus infeksi di Negeri Kanguru.

Baca Juga

Negara bagian yang menaungi Melbourne ini  telah mencatat 181 kasus kematian terkait Covid-19. Angka itu hampir 70 persen dari total kasus kematian virus corona di Australia.

Kepala Departemen Kesehatan Victoria Brett Sutton menyambut 'stabilisasi' jumlah kasus infeksi virus corona. Ia mengatakan kebijakan karantina nasional membuat Victoria berhasil menahan penyebaran virus secara eksponensial.

"Jika kami tidak menstabilisasi angka-angka ini, kami akan memiliki ribuan kasus per hari," kata Sutton, Sabtu (8/8).

Pekan lalu rata-rata kasus infeksi virus corona di Victoria sekitar 400 hingga 500 kasus per hari. Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews khawatir dengan 2.584 'kasus misterius' yang tidak diketahui dari mana asal penularannya.

"Kami berasumsi ada lebih banyak virus, lebih banyak penularan, lebih banyak kasus dibandingkan yang data tunjukan pada kami," kata Andrews dalam konferensi pers.

Pemerintah memberlakukan karantina wilayah Tahap Keempat di Kota Melbourne. Toko-toko ditutup dan warga di kota berpopulasi lima juta itu wajib tetap berada di rumah.

"Kesempatan kami nol untuk menekan angka-angka ini turun apabila kami tidak mendorongnya turun, jumlah kontak antara orang per orang, jumlah orang yang bergerak di antara masyarakat," kata Andrews.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement