Sabtu 08 Aug 2020 19:16 WIB

Pidato Sultan Dinasti Seljuk Saat Hendak Taklukkan Romawi

Sultan Dinasti Seljuk Alp Arslan berhasil taklukkan Romawi.

Sultan Dinasti Seljuk Alp Arslan berhasil taklukkan Romawi. Sultan Alp Arslan (ilustrasi).
Foto: yenile.org
Sultan Dinasti Seljuk Alp Arslan berhasil taklukkan Romawi. Sultan Alp Arslan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Sultan Alp Arslan adalah salah satu pemimpin Dinasti Seljuk Turki yang sangat populer. Julukan Alp Arslan merupakan pemberian dunia Barat. Salah satu sultan atau raja tergagah dalam Dinasti Seljuk. 

Salah satu perang besar yang pernah dilakoni Sultan Alp Arslan adalah peperangan di dekat Kota Manzikert (sekarang Malazgirt, Turki Timur). Pada 26 Agustus 1071 M atau bertepatan dengan 463 H, pasukan Romawi Timur (Byzantium) yang dipimpin Kaisar Romanus Diogenes IV bertemu dengan pasukan Seljuk di bawah komando Sultan Alp Arslan di Kota Manzikert.

Baca Juga

Pertempuran itu memainkan peran penting dalam melemahkan Kekaisaran Romawi Timur dan jatuhnya Anatolia ke tangan Kesultanan Seljuk. Dalam peperangan tersebut, pasukan Seljuk berhasil mengalahkan dan memukul mundur pasukan Romawi Timur.  

Penyebab pertempuran tersebut karena Kaisar Romawi mempersiapkan pasukannya untuk menyerang dan membantai orang Islam. Pasukan yang dipersiapkan oleh Kaisar Romanus jumlahnya mencapai 100 ribu orang. Pasukan Romanus terdiri atas orang-orang Romawi, Eropa, Eropa bagian barat, Rusia, Bajnak, Karg, dan lain-lain.  

Ketika pasukan Romanus sudah sampai di Manzikert, Sultan Alp Arslan masih belum mampu mengumpulkan semua pasukannya. Penyebabnya, jarak satu pasukan dengan yang lain sangat berjauhan dan ditambah lagi posisi musuh yang sudah semakin dekat. Dengan persiapan secukupnya, dia berangkat menuju Romawi. Pasukan yang dibawanya hanya berjumlah 15 ribu orang dari para penunggang kuda. Itu pun ia dapatkan di dalam perjalanan.

Sebelum bertempur melawan tentara kafir, dia berpidato di hadapan pasukannya, ''Saya berjuang karena hanya mengharapkan pahala dari Allah SWT dan dengan penuh kesabaran. Kalau seandainya saya menang, maka itu adalah merupakan suatu nikmat dari Allah, seandainya saya mati syahid, maka putraku Malik Shah yang akan menggantikanku.''

Barisan depan antara dua pasukan mulai bertempur. Barisan depan pasukan Romawi jumlahnya mencapai 10 ribu orang. Ketika kedua pasukan hampir saling menyerang, Sultan Alp Arslan sempat menawarkan perdamaian kepada Kaisar Romanus. Namun, tawaran tersebut ditolak. 

Penolakan tersebut sempat membuat Sultan Alp Arslan merasa gelisah. Gurunya yang juga seorang ahli fikih, Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik al-Bukhari al-Hanafi, berkata kepadanya, ''Sesungguhnya Anda berperang untuk membela agama Allah. Dia telah berjanji akan menolong agama-Nya dan akan memenangkan agama-Nya atas semua agama-agama.''  

''Saya berdoa agar Allah SWT menentukan kemenangan dalam pertempuran ini untuk pasukan Islam dengan perantaraan dirimu. Seranglah mereka pada hari Jumat setelah tergelincirnya matahari, yaitu ketika para khatib sedang berada di atas mimbar. Pada saat itu semua khatib berdoa agar orang-orang yang berjihad di jalan Allah mendapatkan kemenangan. Doa mereka pasti akan dikabulkan oleh Allah.'' 

Sultan Alp Arslan kemudian sholat sambil menangis. Ia mengharapkan agar semua anggota pasukannya juga menangis supaya mereka bisa lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah. Tak henti-hentinya Sultan terus berdoa bersama mereka.  

Ia lalu berkata kepada mereka, ''Siapa yang menginginkan untuk melarikan diri, dipersilakan. Yang menyuruh untuk berperang atau melarangnya bukanlah Sultan.'' Dia lalu mengikat ekor kudanya dan semua anggota pasukannya juga melakukan hal yang sama.  

Sambil memakai pakaian yang berwarna putih, dia berkata, ''Kalau seandainya saya terbunuh, maka itu adalah merupakan ajal saya.''  

Pada pertempuran tersebut pasukan Romawi mengalami kekalahan dan pemimpinnya berhasil ditawan. Kaisar Romanus kemudian meminta Sultan Alp Arslan agar menjadikannya sebagai wakil. Bahkan, ia bersedia menebus dirinya dengan sejumlah uang. Sultan pun menerima permintaan yang diajukan oleh Kaisar Romawi tersebut, hanya saja Sultan mensyaratkan tiga hal. 

Pertama, semua tawanan Islam yang berada di Kerajaan Romawi harus dibebaskan. Kedua, Kaisar Romawi harus sanggup mengirimkan pasukan kepada Sultan, kapan saja dia menginginkannya. Ketiga, Kaisar harus menebus dirinya dengan 1,5 juta dinar (koin emas).

Sultan menempatkan Kaisar tersebut di suatu kamp dan memberikan kebebasan kepadanya untuk tinggal bersama beberapa pasukannya. Kaisar Romawi mengirimkan 10 ribu dinar kepada Sultan. Uang tersebut ia pergunakan untuk membiayai persiapan perang. Kaisar Romawi juga sanggup untuk melakukan perdamaian selama 50 tahun. Dengan dikawal pasukan, Sultan mengirimkan Kaisar Romanus pulang ke negaranya.

Tragisnya, Kaisar Romanus justru menghadapi kudeta yang dilakukan John Doucas, rival politiknya. Istri Kaisar Romanus dipaksa masuk biara, sementara ia dipenjara di Sicilia. Setelah berjanji untuk tidak mengklaim kembali takhtanya dari Kaisar Michael VII Doucas, Romanus justru dibutakan pada 29 Juni 1072, dan meninggal tak lama sesudahnya karena infeksi yang parah akibat pembutaan matanya. Pada 1084 M, Kesultanan Seljuk menaklukkan Antiokhia (sekarang Antakya, Turki) dan pada 1092 Kota Nicea.  

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement