REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran diturunkan Allah secara berangsur-angsur melalui Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Diturunkannya Alquran oleh Allah tepat di saat manusia telah berada di dalam kesesatan, kejahiliyahan, dan dinaungi kegelapan.
Dalam beberapa literatur sejarah Islam diketahui, era jahiliyah merupakan era yang kelam bagi masyarakat Arab. Saat itu tidak ada keadilan, yang ada hanyalah hukum rimba. Perempuan pun tak memiliki nilai penuh sebagai manusia, dan keserakahan merebak di mana-mana.
Dalam buku Kitab Fikih Pertama dalam Perspektif Sejarah karya Sutomo Abu Nashr dijelaskan, hadirnya Alquran di tengah-tengah manusia mampu mengubah kebutaan huruf menjadi peradaban yang besar. Era jahiliyah tertutup cahaya Alquran.
Hukum-hukum yang berkeadilan diterapkan, kesejahteraan mengikuti, dan keharmonisan tercipta. Langkah awal dari perubahan besar sebagaimana yang dirasakan oleh umat Muslim saat ini tak lepas dari peran sentral Nabi Muhammad SAW. Nabi menggagas perubahan besar dengan memerangi buta huruf.
Misalnya, Rasulullah membentuk penebusan tawanan perang Badar dengan masing-masing tawanan yang bisa membaca dan menulis. Sehingga para tawnaan tersebut dituntut untuk mengajarkan baca dan tulis kepada sepuluh anak kaum Muslimin. Dari langkah cerdas Nabi inilah kelak tercipta generasi para penulis wahyu.