REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO -- Kantor mufti agung Bosnia-Herzegovina memastikan tak terlibat pernyataan kontroversial yang dibuat oleh imam masjid di Sarajevo. Pernyataan itu memicu kemarahan di media sosial dan di tempat lain.
Muhamed Velic, dalam sebuah unggahan di Facebook pada 6 Agustus menyambut baik pembatalan parade gay-pride yang akan dilakukan di Sarajevo. Parade yang dijadwalkan berlangsung 23 Agustus ini dibatalkan karena pembatasan Covid-19.
"Dalam setiap kemalangan dan tragedi - ada juga kebahagiaan, kebaikan, dan keindahan," tulis Velic, yang memicu protes publik, dilansir di RFE/RL, Selasa (11/8).
Di sisi lain, Kantor Mufti Agung mengatakan pernyataan imam itu tidak mencerminkan posisi komunitas Islam di Bosnia.
"Tulisan itu adalah pandangan pribadinya dan bukan pendapat seluruh umat Islam," kata Penasihat Grand Mufti, Muhamed Jusic.
Kepada RFE/RL, Velic lantas melakukan pembelaan atas pernyataannya. Ia mengatakan tidak menyebarkan perkataan yang mendorong kebencian, dan memiliki hak untuk mengungkapkan pendapatnya.
Ibukota Bosnia mengadakan parade gay-pride yang pertama di tengah pengamanan ketat pada 8 September 2019. Acara itu dijuluki "Ima Izac!", yang secara kasar diterjemahkan sebagai "Keluar".
Puluhan pengikut kelompok Islam konservatif mengadakan unjuk rasa menentang acara tersebut. Mereka menggambarkan pawai itu sebagai "dosa" dan "penghinaan" untuk Sarajevo.
Kelompok pemrotes lainnya, Svjetlost (Light), merapatkan sehari sebelum acara. Mereka menyeru kepada orang-orang untuk melakukan unjuk rasa, melawan nilai-nilai yang tidak disebarkan oleh komunitas LGBT.
Sumber: